Bab 9

1238 Kata
Mobil berhenti di depan rumah Kaylee, Austin menoleh kepalanya memperhatikan gadis yang duduk di sampingnya. “Kenapa?” tanyanya. “Bisakah kita ke tempat lain dulu?” Alis Austin mengerut mendengar permintaan Kaylee. Terlihat jelas di wajah gadis itu enggan pulang dan juga ada raut ketakutan di matanya. “Bisakah?” tanyanya kembali yang mendapat anggukan kepalanya sebagai jawaban. Selama perjalanan, Austin terus melirik ke arah Kaylee yang termenung tenggelam dalam pikirannya. Hingga mobil berhenti di sebuah taman, hembusan angin sejuk menerpa kulit lembut Kaylee saat ia menurunkan kaca mobilnya. Pikirannya menjadi sedikit tenang. Tak sengaja matanya menangkap sebuah pemandangan yang begitu menggertarkkan hatinya. Austin yang masih memperhatikan Kaylee, mengikuti arah pandangan gadis itu. “Keluarga yang bahagia.” Gadis itu pun menganggukkan kepalanya. “Dulu aku pernah merasakannya ... bahagianya bersama keluarga.” Kepala Kaylee langsung menoleh menatap wajah Austin yang terlihat sendu. “Emang sekarang, kamu tidak bahagia bersama keluargamu?” Melihat laki-laki itu diam, rasa bersalah seketika menghantam d**a Kaylee. “Maaf, tak seharusnya aku bertanya.” Seulas senyum getir terukir di sudut bibir Austin. “Kedua orang tuaku berpisah di umurku delapan tahun. Keduanya bercerai dikarenakan tidak saling mencintai lagi. Bukan tidak saling mencintai tapi mereka memang tidak pernah saling mencinta. Keduanya menikah karena perjodohan dan setelah penceraian mereka, aku diasuh oleh grandpa ku. Mereka lebih mementingkan kebahagiaan mereka sendiri tanpa memikirkan aku di dalamnya. Dan—” “Dan apa?” tanya Kaylee yang semakin penasaran tentang kehidupan Austin. Austin terdiam tak melanjutkan ceritanya. Ia tersenyum lalu mengacak rambut Kaylee hingga berantakan dan perbuatannya itu sukses membuat gadis itu kesal. “Kenapa kamu suka sekali mengacak rambutku?” Austin tertawa. “Karena kamu begitu menggemaskan,” ujarnya sambil mencubit pipi gembul milik gadis itu. “Ih ... Austin ...” Tawa laki-laki itu semakin besar. “Ada sebuah cafe tak jauh dari sini, dengar-dengar makanannya enak. Mau mencobanya, sebelum kita pulang?” “Sure,” jawab Kaylee. Keduanya pun menghabiskan waktu di cafe tersebut. Tawa dan canda menghiasi hampir setiap percakapan mereka. Sejenak Kaylee melupakan kejadian yang sudah terjadi di gudang sekolah tadi. **** Acara makan malam selesai, Kaylee bergegas membereskan sisa makanan dan piring bekas makan tadi. “Apa ada hal menarik yang terjadi di sekolah?” tanya Bella membuat gerakan mencuci Kaylee berhenti. “Tidak,” jawab Alisa sambil melihat kuku-kuku tangannya yang habis di manicure. “Tidak ada yang menarik, semua sama aja. Hari ini dengan hari-hari sebelumnya. Membosankan!” Perasaan lega langsung menghinggapi hati Kaylee ketika mendengar jawaban adik tirinya. Tapi tunggu! Kenapa Alisa tidak tahu? Harusnya dia datang memakiku, menuduhku bahwa telah menggoda kekasihnya. “Kenapa belum selesai?” murka Bella membuat Kaylee tersentak kaget hingga piring yang ada di tangannya terlepas dan pecah. “Astaga! Piringku!” pekik Bella melihat piring kesayangannya hancur berkeping-keping. Wanita paruh baya itu menggeram marah dan langsung menjambak rambut Kaylee dengan kuat hingga kepalanya terdongak ke atas. “Anak laknat! Beraninya kamu memecahkan piring kesayanganku!” “Maaf Ibu ... aku tidak sengaja ...” isak Kaylee sambil menahan sakit di kepalanya. “Tidak sengaja katamu? Jelas-jelas aku melihat dengan mata kepalaku sendiri, kamu menjatuhkannya! Masih berani berbohong dan tidak mengakuinya?” hardik Bella yang semakin kuat mencengkram rambut Kaylee. “Sudah cukup! Aku sudah muak dengan dirimu! Harusnya dari dulu aku sudah melakukannya. Kemasi semua barangmu, mulai sekarang dan seterusnya, kamu akan tinggal di paviliun belakang dengan para pembantu.” “Jangan pernah sekalipun kamu menampakkan diri di hadapanku. Karena aku tidak akan segan-segan menyiksamu lebih kejam dari biasa yang kamu dapatkan,” kecam Bella yang tidak main-main dengan omongannya. Alisa yang sedari tadi berdiri diam menyaksikan, tersenyum bengis. Inilah yang disukai, melihat penderitaan dari saudari tirinya. Hanya dirinya yang boleh dicintai dan dikenal sebagai putri dari pengusaha Libert Drake. Alisa akan merampas semua yang dimiliki oleh Kaylee tanpa tersisa apa pun. “Mulai sekarang, ini tempatmu!” Di dorongnya tubuh Kaylee hingga gadis itu tersungkur ke lantai. Para pelayan dibuat terkejut atas tindakan dari majikannya. “Mulai malam ini, dia akan tinggal di sini bersama kalian semua!” Setelah itu Bella langsung pergi. Para pelayan segera membantu putri mendiang dari istri pertama Libert. “Nona tidak apa-apa?” tanya kepala pelayan pada Kaylee yang terduduk sambil menangis. “Bibi,” panggil Kaylee dalam tangisannya. Di rengkuhnya gadis itu ke dalam dekapannya. Melihat bagaimana tersiksanya putri tercinta dari mendiang Nyonya Shayla, tetesan air mata jatuh membasahi wajahnya. ”Andai Nyonya Shayla masih hidup, Nona tidak akan mengalami semua penderitaan ini.” **** Dengan santai sambil bersiul, Austin memasuki mansion utama keluarganya. Di sepanjang jalan para pelayan yang melihatnya semuanya tertunduk memberi hormat kepada tuan muda mereka. Corxia, siapa yang tidak kenal nama besar itu. Seluruh Indonesia tahu, bahkan tunduk ketika mendengar nama itu. Corxia Group, tidak hanya menjadi perusahaan terbesar di se-Asia namun juga terkenal di benua Eropa karena memiliki beberapa perusahaan di sana. “Terima kasih sudah mengatasinya untukku,” ucap Austin. “Dia gadis baik dan merupakan teman pertamaku di sekolah itu,” lanjutnya. “Aku ingin melindunginya.” **** Sepanjang jalan menuju kelasnya, semua pandangan mata mengarah kepadanya. Bahkan saat dirinya masuk ke dalam kelas, seisi kelas menatap ke arahnya. Dengan kepala tertunduk Kaylee berjalan menuju letak mejanya. Gadis itu duduk dengan perasaan buncah, hingga bel berbunyi keras menunjukkan bahwa kelas akan dimulai. Guru masuk, barulah gadis itu merasa plong. “Evan,” teriak Alisa mencari sosok kekasihnya di setiap kelas yang ia lewati. “Hei kamu! Lihat Evan?” tanya Alisa menghampiri salah satu siswa. “Tidak,” jawab siswa tersebut. Alisa kembali meneriaki nama laki-laki itu dan saat matanya menangkap para sahabat-sahabat Evan, gadis itu langsung menghampiri mereka dan bertanya, “Guys, kalian lihat Evan gak?” Semuanya diam lalu salah satu dari mereka menjawab dengan gugup. “T—tidak.” “Ke mana sih anak itu?” cetus Alisa. “Kalian tidak berbohongkan? Ini bukan waktunya bercanda. Ada hal penting yang harus aku bicarakan dengan dia. Aku tanya sekali lagi, di mana Evan?” “Sumpah! Kami tidak tahu, Sa. Bukankah kamu kekasihnya, harusnya kamu lebih tahu daripada kami.” Saat pandangan matanya tertumbuk dengan Kaylee, gadis gendut itu dengan cepat menundukkan kepalanya dan berjalan melewatinya. ”Sekarang bukan saatnya kamu bermain dengan gadis gendut itu, Alisa,” batinnya. “Ada apa Alisa? Kenapa kamu terlihat begitu gelisah?” “Tidak,” jawab gadis itu dengan cepat. “Jika kalian bertemu dengan Evan, tolong segera kabari aku,” sambungnya kemudian pergi meninggalkan mereka untuk melanjutkan pencarian. Alis Kaylee mengerut dalam, ada yang aneh menurutnya. Mengapa satu sekolah ini tidak gempar dengan kejadian yang ia alami? Lalu, di mana Evan? Ke mana laki-laki itu tiba-tiba menghilang? Begitu banyak pertanyaan memenuhi pikiran Kaylee sampai sesuatu terlintas di benaknya. “Semuanya sudah berakhir, kamu sudah aman, laki-laki b******k itu tidak akan pernah lagi muncul di hadapanmu lagi.” Langkah gadis itu langsung berhenti. “Jangan-jangan ...” Baru saja, Kaylee ingin melangkah menuju arah lain, bel berbunyi dengan keras tanda jam istirahat telah usai. Kaylee sedikit berlari, ia baru berhenti ketika telah berada di depan kelasnya Austin. Namun yang ditunggu-tunggu gak keluar hingga kelas yang awalnya terisi penuh kini telah kosong. Austin tidak masuk. Pantas, laki-laki itu tidak mencarinya saat jam istirahat. Kaylee tidak tahu pula tempat tinggal laki-laki itu. Sekarang yang bisa gadis itu lakukan hanyalah menunggu. Berharap laki-laki itu, besok sudah masuk sekolah agar ia bisa menanyakan semua pertanyaan yang ada diisi kepalanya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN