Suasana makan malam itu terlihat begitu santai dan akrab. Kila dan Kakek Axton sedari tadi terus bercengkerama bersama. Canda tawa tak pernah lepas dari raut wajah mereka namun beda dengan satu manusia yang ada di antara mereka. Tak ada senyuman atau pun kata-kata yang keluar dari mulut pria itu. Ia hanya fokus menikmati hidangan yang disajikan di depan matanya tanpa tertarik bergabung dalam obrolan mereka. Diletakkan sumpit pada tempatnya dan diraihnya gelas kecil berisi teh hangat itu lalu diminumnya hingga tandas. “Aku selesai,” ucap Axton. “Terima kasih atas makan malamnya,” lanjutnya sebelum ia bangkit dari kursinya. “Duduk!” Suara berat dan tegas itu menghentikan pergerakan Axton. “Siapa yang mengizinkanmu pergi? Makan malam belum selesai dan beraninya kamu pergi. Di mana sopan s