23. Bantuan Tanpa Syarat

1518 Kata

Baik Yuta dan ayah ibunya langsung saling berpandangan dengan mata berkaca-kaca. Lauritz cukup tahu diri untuk menyingkir dari sana. Dia ingin memberi kesempatan bagi mereka agar dapat berbicara dengan leluasa. Ketika Lauritz menjauh, Agung dan Maya banyak bertanya soal pemuda itu. Yuta menceritakan hampir semua yang terjadi di antara mereka, kecuali bagian menjadi teman tidur. Dia hanya mengatakan jika dirinya dibayar untuk menjadi pengurus bunga saja. Setelah beberapa saat, kedua orang tua Yuta merasa tenang dan tidak bertanya lagi mengenai Lauritz. “Teteh mau langsung pergi lagi?” tanya Agung setelah mengeluarkan pot terakhir untuk dibawa oleh Yoga menuju minivan. “Iya, Bah.” “Enggak mau makan dulu?” ujar Maya penuh harap. “Takut telat sampai Jakarta, Mbu.” Sejujurnya, Yuta sangat

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN