49. Hadiah Terindah dari Tuhan

1759 Kata

“Rumi, kamu enggak bisa tidur?” gumam Lauritz ketika merasakan Yuta bergerak-gerak kecil dalam pelukannya. “Maaf, Mas Lau keganggu ya?” bisik Yuta diliputi perasaan bersalah. “Enggak, aku cuma khawatir aja,” balas Lauritz lembut. Setengah mengantuk dia bertanya, “Kamu mau tidur sama Ambu lagi?” “Enggak kok, Mas.” Tidur bersama ibunya memang menyenangkan, tetapi Yuta juga merindukan pelukan Lauritz. Apalagi Lauritz baru kembali tadi siang setelah menjemput Ramone di Belanda. “Terus kenapa?” tanya Lauritz sedikit khawatir. “Perut aku sakit,” jawab Yuta jujur. Sejak tadi dia merasa tidak nyaman di bagian perutnya. Berbaring dalam posisi apa pun rasanya tidak ada yang enak. “Lapar?” Itulah hal pertama yang terpikir oleh Lauritz. “Enggak.” Yuta menggeleng kecil. “Kembung?” Lauritz tahu

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN