20. Tidak Suka Perempuan

1558 Kata

Dani bertepuk tangan heboh mendengar jawaban jujur Lauritz. “Maharani, lo pantas berbangga diri!” Namun, seperti biasa. Yuta tetap tidak langsung paham maksud ucapan Dani. Alih-alih tersipu malu, dia malah bertanya polos, “Kenapa?” “Enggak sekabisat sekali Mas Lau muji orang loh,” sahut Dani geli. “Sekabisat sekali?” gumam Yuta pelan. “Enggak ngerti juga?” desis Dani gemas. Sabarnya mulai habis gara-gara sejak tadi Yuta terus bertanya-tanya. “Maksudnya jarang-jarang, Maharani!” “Kan biasanya setahun sekali,” balas Yuta bingung. Argumen Yuta ditanggapi dengan kibasan tangan nan angkuh dari Dani. “Udah biasa itu.” “Sebeduk sekali,” ujar Yuta lagi. “Kuno ampun! Lo hidup di zaman kapan sih?” protes Dani senewen. “Perasaan itu kata biasa dipake sama angkatan bapak gue.” Sebelum Dani m

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN