Begitu mendengar Yuta mempertanyakan kedatangannya, mendadak Lauritz salah tingkah. Dia jadi menyesal sudah memutuskan datang tanpa pikir panjang. Sekarang, ingin berbalik juga sudah terlambat. “Loh … loh … loh?” Dani segera muncul di belakang Yuta sembari memberikan tatapan jail, janggal, dan meresahkan ke arah Lauritz. “Mas mas yang satu ini ngapain muncul di sini?” “Gue enggak boleh datang ke sini?” balas Lauritz ketus. “Siapa yang bilang enggak boleh?” Dani terkekeh geli. Dia bisa menangkap semburat merah di wajah Lauritz meski samar. Salah sendiri kulitnya sepucat tembok, merona sedikit saja pasti terlihat, apalagi kalau bekas ditabok. “Anjani tuh cuma bertanya loh, mengapa Mas Lau tersayang yang terhormat datang ke sini tanpa pemberitahuan?” “Pengin aja,” sahut Lauritz berlagak c