"Ibu!" pekik Gendis yang terkejut sekaligus senang kala melihat keberadaan ibunya yang kini berdiri sembari memamerkan senyuman di depan wajahnya. "Dalem, sayang," jawab wanita paruh baya itu. Tanpa disangka-sangka Gendis sudah menubruk tubuh ibunya. Memeluk erat wanita yang begitu dia rindukan. Beberapa bulan terakhir, yang sangat Gendis harapkan adalah ada di dekat sang ibu. Hormon kehamilan yang terkadang mengubah-ubah mood-nya dan yang Gendis butuhkan adalah sosok ibu yang melimpahkan segala kasih sayangnya. Memeluknya dengan hangat. Setiap hari sebenarnya Gendis juga tidak pernah melewatkan menelepon ibunya itu. Hanya saja jika berada di dekat ibunya, rasanya tetap saja berbeda dengan hanya mendengar suaranya saja. "Kamu jangan kencang-kencang peluk ibu. Perutmu itu sudah besar n