Eps. 3 Daftar Nama Peserta

1051 Kata
Aluna tak percaya dengan apa yang dibacanya barusan. Nama Awan masuk dalam daftar list kandidat perekrutan suami. Sungguh, ia tersentak kaget sekaligus heran. Baru saja tadi pagi bertemu dengannya dan sekarang mendapati pria itu melamar sebagai kandidat suaminya? Apa ini tidak salah? Apa alasan Awan mengajukan diri sebagai kandidat suamiku? Ini mengejutkan dan menarik sekali. Aku tak menyangka saja. Hmm. Aluna masih menatap nama Awan pada list yang dikirim Christin. Membaca nama Awan membuatnya melambung pada ingatan masa lalunya beberapa tahun si lam kalau masih bersama pria itu di sebuah kampus. "Aluna ... kamu sepertinya lelah. Sudah berikan pekerjaan itu padaku biar aku yang kerjakan." Awan menghampiri Aluna yang mengerjakan laporan di luar jam kuliah sampai malam setelah ada rapat mendadak mengenai ospek maru. "Tapi ini tugasku. Bila kamu kerjakan dan yang lain tahu mungkin aku akan dimaki habis-habisan." "Tak ada yang tahu bila kamu tak cerita. Yang saya sudah pada pulang tak mungkin mereka tahu. Lagipula di sini aku ketuanya. Wajib membantu anggota bila ada kesulitan." "Kurasa hanya kamu yang baik dan perhatian padaku selama ini." "Itu karena aku tak ingin kamu repot sendiri." Terdengar suara notifikasi pesan masuk yang seketika membuyarkan lamunan Aluna, kembali pada kesadaran. "Aluna, ada apa denganmu? Apa yang kamu pikirkan?" Suara Elga menyapa pendengaran. Wanita berambut cokelat pirang ini melihat Aluna melamun dan larut dalam pikirannya sendiri dengan pikirkan kosong, juga tersenyum sendiri yang membuatnya resah tingkat tinggi. Apakah ada masalah lagi? "Tidak ada, Bu. Aku hanya membaca data kiriman Christin. Data beberapa kandidat untuk perekrutan suami." "Jadi sudah dapat?" "Baru beberapa, Bu. Biar tambah dulu yang daftar baru aku seleksi." "Bagaimana dengan ayahmu? Apa dia tahu?" Aluna menggeleng. "Bagus. Bila Niam tidak tahu. Jangan sampai dia tahu sekarang ini. Biarkan dia tahu pas hari-H pernikahanmu saja." Elga tentu tahu seperti apa karakter eks suaminya. Seorang Niam akan melakukan segala cara untuk mewujudkan keinginannya. Dia tak akan segan mengacaukan acara perekrutan suami bila pria itu tahu. Dari kecil dulu hanya ada Abian di mata Niam. Semua yang diutamakan adalah kepentingan Abian. Dia mengutamakan kepentingan Abian di atas kepentingan Aluna. Abian sendiri adalah anak dari pelayan di rumah mereka. Dulu, Elga baik pada pelayan yang ada di rumah termasuk ibunya Abian. Sayang, kebaikan itu bukannya dibalas dengan kebaikan namun dengan pengkhianatan. Ibunya Abian malah merangkak di atas ranjang, menggoda Niam hingga dia hamil. Elga yang gemas karena itu meminta cerai daripada tak tahan melihat seorang pelayan yang telah menyakiti dirinya demi naik kelas. "Kamu sudah siapkan acaranya?" cecar Elga. Jangan sampai acara perekrutan suami ini berantakan tanpa persiapan. "Biar Christin yang menyiapkan semuanya, Bu." Dua hari kemudian, di pagi hari. Terlihat Aluna sudah berpakaian rapi sekali keluar dari rumah dengan baju kerja press body setelan berwarna putih, blazer dan rok selutut. Aluna penyuka warna putih. Banyak dari sekian barangnya berwarna putih. Sedangkan warna yang dibencinya adalah hitam. Aluna menuju ke mobil putihnya yang terparkir di garasi rumah. Dengan sentakan heels sepatu putih, ia masuk ke mobil. Terdengar suara deru mobil setelahnya melaju dari rumah menuju ke jalanan. Entah ke mana mobil itu pergi, yang jelas mobil tidak mengarah ke kantor, tapi menuju ke sebuah hotel. Ya, di hari sebelumnya Christin menyiapkan tempat untuk Aluna. Tak mungkin acara perekrutan suami akan diadakan di kantor, bukan? Jadi pilihan satu-satunya adalah tempat ini. Aluna tiba di sebuah hotel. Dia memarkir marcedez bens putihnya. Sebelumya dia sudah diberitahu oleh asistennya di ruangan mana dia harus masuk. Ia pun menuju ke sebuah ruangan yang sudah disiapkan oleh Christin, di lantai tiga di hotel ini. Aluna tiba di lift. Ia tekan angka tiga. Pintu lift tertutup, terbuka lagi di lantai tiga. "Aku yakin Christin memilih tempat ini." Aluna menuju ke sebuah ruangan dari beberapa ruangan yang ada di sana, sebuah ruangan terbuka dengan satu meja besar dan beberapa kursi yang ditata rapi mengelilingi meja. "Nona, Anda sudah datang?" Suara Christin menyapa. Gadis bermata hitam dengan rambut sebahu itu terlihat membawa beberapa berkas dokumen menghampiri Aluna. "Belum ada yang datang?" Ruangan terlihat sepi, hanya ada mereka berdua di sana saat ini. "Belum, Nona. Acara akan dimulai satu jam ke depan." Christin sendiri datang ke sini lebih awal, untuk menyelesaikan persiapannya. Bisa dibilang dia yang menyiapkan semuanya. Mulai dari penataan ruangan sampai dengan materi untuk tes perekrutan suami, Christin semua yang menyiapkan. "Sebaiknya Nona duduk di dalam saja, menunggu mereka datang." Aluna kemudian duduk di salah satu kursi. Ia mengambil satu berkasih ada di meja. Berkas itu berisi daftar nama peserta yang ikut perekrutan suami hari ini. Ia pikir hanya sepuluh orang saja yang berminat dengan acara ini. Rupanya dia salah. Ada tiga puluhan lebih peserta yang mengikuti acara perekrutan suami ini, membuat Aluna berdecak membacanya. Tiga puluh menit kemudian, Aluna beranjak dari tempat duduknya. Dia menuju ke pintu. "Nona, mau kemana?" tanya Christin yang kebetulan sejak tadi menunggu peserta di depan pintu. "Aku mau ke toilet sebentar." "Ya, Nona." Aluna kembali melangkahkan kaki keluar dari ruangan, menuju ke toilet yang letaknya ada di dekat lift. Di jalanan dia melihat beberapa lelaki datang menuju ke ruangan tempat acara perekrutan suami dilaksanakan. Namun, dia tetap santai karena ada Christin di sana yang akan menyambut mereka. Aluna terus melangkah, tiba di depan toilet ada sebuah suara yang menyapa dari balik punggung, menghentikan langkahnya sejenak untuk masuk. "Permisi, dimana ruangan untuk acara Nona Aluna diadakan hari ini?" Aluna kemudian berbalik untuk menjawab suara yang familier di telinganya. "Aluna?" Rupanya benar, suara itu memang suara Awan. Meski lama tak bicara ataupun Bertemu dengannya suara itu masih sama seperti yang dulu, lembut dengan nada intonasi tegas. "Awan?" Tatapan mereka bertemu untuk sesaat, di tengah senyum tipis merekah di bibir. "Kamu ikut acara ini?" Sungguh, Aluna masih tak percaya pria yang mengenakan kemeja hitam dengan celana yang senada ini datang sungguhan ke acara perekrutan suami. "Ya, kamu tahu di usiaku sekarang ini, aku sudah saatnya untuk menikah. Tapi, tidak mudah bagiku untuk memilih wanita. Saat tahu kamu mengenakan acara perekrutan suami, aku tertarik mengikutinya. Aku berharap sekali bisa terpilih di acara ini." Awan basa-basi sedikit sekalian menyapa Aluna. Ia berharap perkataannya ini memengaruhi Aluna dalam pengambil keputusan. "Mengenai itu aku tak bisa putuskan sekarang karena banyak kandidat lainnya. Kamu harus pesaing dan berlomba dengan mereka untuk memenangkannya. Ruangan itu ada di sana. Kamu pergi dulu ke sana." Aluna menunjuk ke ruangan di mana terlihat beberapa pria masih memasuki ruangan tersebut.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN