ZZ|09

1241 Kata
Sepasang mata indah dengan bulu mata lentik perlahan terbuka. Rasa pusing di kepalanya masih terasa. Ia terduduk ketika menyadari ruangan yang sedang ditempatinya terlihat asing. Debu di atas nakas membuktikan bahwa ruangan ini jarang dipakai. Apakah ia diculik makhluk semacam vampir, seperti yang pernah dibacanya dalam sebuah novel fantasi yang mana menceritakan seorang gadis yang tiba-tiba saja terbangun di kamar mewah castle seorang pangeran vampir. Tapi, kamar ini terlalu sederhana jika berada di dalam castle. Namun, kilasan kejadian membuatnya tersenyum seketika. *Flashback “Duduknya nyamping aja,” tutur Zidan seraya memasang helm di kepalanya. “Kenapa?” “Rok lo kependekan.” Tanpa membantah, Zevania duduk dengan posisi yang diperintahkan oleh Zidan. Motor pun melaju dengan cepat, sepertinya Zidan ingin cepat sampai agar ia tak perlu berlama-lama bersama Zevania. Rasa pusing di kepala Zevania semakin terasa, selain karena sedang demam, ia juga belum makan sejak pagi. Tubuhnya terasa begitu lemas. “Zidan,” lirih Zevania. Zidan sama sekali tak memperdulikan lirihan Zevania, baginya Zevania hanya mencari perhatiannya saja. “Gue pusing, gue peluk lo ya,” ucap Zevania dan langsung melingkarkan tangannya di perut Zidan dengan erat. Keningnya ia sandarkan pada punggung kokoh Zidan. Merasakan suhu panas di perutnya, Zidan mengurangi laju motornya agar lebih pelan. Pelukan erat di perutnya tiba-tiba melonggar dengan beban di punggungnya yang terasa semakin berat. Dengan segera Zidan memegang erat kedua tangan Zevania di perutnya agar tak terlepas. Motornya segera ia berhentikan. “Van?” Zidan menoleh ke belakang guna memastikan dugaannya. Benar, Zevania kehilangan kesadarannya kembali. Sebelah tangan Zidan terjulur ke belakang guna menahan tubuh Zevania agar tak jatuh. Zidan menuruni motornya dengan perlahan dan tangannya tetap menahan tubuh Zevania. Zidan tidak mungkin membawa Zevania dalam keadaan pingsan dengan motornya. Lagipula, Zidan tidak tahu di mana rumah Zevania. Sekarang ke mana Zidan harus membawa Zevania? Rumah sakit atau rumahnya? Zidan menghentikan taxi dan segera membopong tubuh Zevania untuk dimasukan ke dalam mobil. “Pak, ikuti saya.” Tutur Zidan sebelum menutup pintu taxi. Ia kembali menaiki motornya dan melajukannya perlahan agar dapat diikuti taxi di belakangnya. *Flashback off Zevania hanya mengingat sampai ia memeluk Zidan, selebihnya ia tak ingat apapun. Jadi, apa sekarang ia berada di rumah Zidan? Jika iya, rasanya senang sekali. Karena tak ada siapapun di sini, Zevania memutuskan untuk ke luar. Namun, ketika ia keluar dari kamar Zevania menyadari bahwa ini bukanlah rumah Zidan. Zevania ingat betul, rumah Zidan itu bercat warna salem. Tapi rumah ini didominasi warna hitam dan putih. Lalu di mana Zevania sekarang? Zevania mulai merasa takut jika pemikirannya tadi mengenai vampir itu benar. Rasanya ia akan lebih memilih Zidan daripada vampir penghisap darah. “Aaaaaaa!!! Jangan hisap leher gue!! Kalaupun gue mate lo, gue gak mau!!! Gue udah punya Zidan!!” teriak Zevania ketika ada tangan dingin yang menyentuh pundaknya. Tubuhnya langsung terduduk ke lantai saking takutnya. “Bangun! Maksud lo apaan hisap leher?” Zevania membuka matanya ketika suara yang sangat dikenalnya memasuki indera pendengarannya. Zevania segera bangkit dan hendak memeluk Zidan, namun Zidan mendorong bahunya agar ia tak dapat memeluk tubuh atletisnya itu. “Lo mau?” Pipi Zevania terasa panas mendengar penuturan Zidan yang langsung pergi meninggalkannya. 0o0 Zevania menyantap makanannya dengan santai, ia nampak tak bermasalah meski berada di tengah-tengah cowok tampan yang berjumlah banyak. “Kalian kenapa liatin gue?” tanya Zevania ketika hampir semua mata tertuju padanya, kecuali Zidan yang nampak tertidur di sofa. Sedangkan Zevania dan yang lainnya duduk beralaskan karpet bulu. “Enggak, ya heran aja kita. Lo cewek pertama yang masuk ke sini,” jawab Praja yang langsung mengalihkan pandangannya. “Bener, gak nyangka aja Paketu bawa lo ke sini,” timpal Leon. Ia sempat kaget saat tiba-tiba saja Zidan datang dengan Zevania di gendongannya dalam keadaan pingsan. Karena selama ini tak pernah ada seorang cewek pun yang memasuki basecamp D’Zebra. “Wah, berarti gue spesial dong ya buat Zidan.” Zevania berkata dengan senyuman manisnya. “Jangan pada liatin senyum Zevania, woy!!” tegur Rafael ketika setengah dari anggota D’Zebra itu menatap Zevania secara terang-terangan. “Lo sakit apa Kak?” Dika menatap kakak kelasnya itu dengan serius. “Mungkin kecapekan, kemarin kan gue baru pulang kemah. Apalagi kemahnya di Puncak, gue kan gak kuat dingin,” tutur Zevania, ia meminum segelas air setelah menghabiskan makannya. “Oh iya, nanti ekskul gue juga bakal adain kemah khusus kelas dua belas. Ya itung-itung hiburan sebelum kita turun jabatan dan sebelum sibuk sama ujian lah,” lanjut Zevania mengutarakan perihal rencana ekskulnya. “Wah, seru tuh pasti! Sayangnya gue baru kelas sebelas,” tutur Praja. Zevania berpindah tempat duduk menjadi di bawah sofa agar dekat dengan Zidan yang sedang tertidur. Zevania memandang wajah Zidan yang nampak tenang. Zidan itu, sangat tampan, ah tidak, maksudnya yang paling tampan bagi Zevania. Jarum jam menunjukkan pukul lima sore. Huh, lagi-lagi Zevania harus merelakan selembar uang berwarna biru hari ini. Padahal, Zevania sudah tak punya uang untuk hari esok. Mau minta pada kakaknya pun tak mungkin, karena uang pendapatan kakaknya hari ini akan digunakan untuk makan mereka. Zevania terkadang capek harus menjalani hidup seperti ini. Zevania ingin hidupnya seperti dulu lagi. Tapi, rasanya mustahil. Kakaknya tak akan mau. Dan terlalu berat jika harus meninggalkan kakaknya. Lenguhan kecil membuat Zevania menatap Zidan yang sedang menggeliat. Perlahan Zidan membuka matanya, dan yang pertama kali menjadi pemandangannya adalah sosok Zevania yang sedang tersenyum. “Bangun juga akhirnya.” Zevania duduk di sofa setelah Zidan bangun dari baringnya dan duduk. Wajah Zidan yang masih diliputi rasa kantuk menjadi pemandangan yang indah bagi Zevania. “Kepala aku pusing.” Zevania menyandarkan kepalanya di bahu Zidan. Dengan tega, Zidan mendorong kepala Zevania agar tak membebani bahunya. “Pulang!” ucap Zidan seraya bangkit dan menarik tangan Zevania. “Gue pinjam mobil lo.” Zidan mengambil kunci mobil milik Andra. Ia tak mau mengambil resiko jika membawa motor. Bagaimana jika Zevania pingsan lagi mengingat kondisi Zevania belum sembuh. Zidan bersyukur, selama perjalanan Zevania tak banyak bicara selain menunjukkan arah rumahnya. Mungkin karena cewek itu sedang demam, jika saja tidak, sudah dipastikan cewek itu akan berceloteh apa saja selama di dalam mobil. Mobil yang dikendarai Zidan berhenti di sebuah rumah mewah. Bukankah Zevania dan kakaknya seorang pelayan kafe? Lalu bagaimana bisa mereka memiliki rumah sebesar ini, rasanya tak mungkin. Atau sebenarnya ini adalah rumah orang dan Zevania sengaja karena malu jika harus berhenti di rumahnya yang asli? “Masuk dulu yuk,” ajak Zevania. Zidan terdiam, jika rumah di depannya ini bukan rumah Zevania, maka cewek dengan penampilan yang sudah kusut itu tak akan mengajaknya masuk. “Rumah lo?” “Rumah Paman aku lebih tepatnya, aku di sini tinggal sama Kakak. Dan pasti kakak aku lagi kerja. Kalau kamu masuk kita jadi berduaan deh. Yuk masuk.” Zevania mengajak Zidan untuk masuk ke rumahnya lagi. Zidan menggelengkan kepala. “Turun,” titahnya. Zevania mengerucutkan bibirnya. “Gak mau! Gue masih mau sama lo disini.” Zevania memeluk lengan Zidan. “Turun atau gue hisap leher lo kayak vampir!” ancam Zidan. Bukannya takut, Zevania justru tersenyum jail. “Yaudah, nih.” Zevania menyingkirkan rambut yang menghalangi lehernya agar lehernya terlihat jelas. Zidan mengeram kesal dan menatap Zevania tajam. “Turun sekarang!” tegas Zidan, dan ia menarik rambut Zevania agar menutupi leher jenjang itu lagi. “Isshhh, iya-iya pangeran vampir ku tersayang,” ucap Zevania sebelum mengecup pipi Zidan sekilas dan langsung keluar dari mobil Zidan. Zidan mengeram semakin kesal akan tingkah laku Zevania. Ck, cewek itu!
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN