Kris menyetir dengan pelan-pelan. Karena saat ini, ia tengah membawa anaknya. Ia tidak mau anaknya celaka karena dirinya yang ugal-ugalan. Walau dalam hati, Kris juga tidak telaten nyetir dengan pelan. Jiwanya adalah jiwa pembalap. Pantesnya emang yang ngebut-ngebut. "Pa cepetan!" ucap Alfath yang merasa sangat lama berada di mobil. Bocah itu sangat tidak nyaman. Mungkin lidahnya terasa pahit karena habis muntah-muntah. "Iya, sabar!" jawab Kris. "Sabal sabal telus. Aku pengen cepat ketemu Mama, Pa." rengek Alfath memukul lengan Papanya dengan tangan mungilnya. Mendengar rengekan Alfath, membuat Kris melajukan mobilnya sedikit kencang. Kris merutuki kecerobohan Khanza yang meninggalkan Kris tanpa dibekali dengan s**u. Lima belas menit kemudian, Kris dan Alfath sampai rumah. Dari luar

