Pukul duabelas malam, Khanza terbangun dari tidurnya, ia muntah-muntah lagi. Kepalanya juga sangat pusing seperti waktu pertama kali tau kalau hamil. Khanza bersandar pada ranjang. Perutnya masih seperti diaduk aduk. Kenapa hamil semenyiksa ini. Tiba-tiba, Khanza berfikir ingin menghubungi Kris. Khanza meraih hp nya. Memecet menu panggil pada nomer Kris. "Za! Aku kan sudah bilang jangan telfon. Ini aku di pesantren, untung aku segera ke kamar mandi!" serobot Kris saat panggilannya tersambung. Tangisan Khanza pecah, ia senang mendengar suara Kris, sekaligus sedih mendapat bentakan. "Udah jangan nangis, aku tutup dulu!" "Kamu manusia jahat yang pernah aku cintai Kris," bisik Khanza sebelum mematikn hp nya sepihak. Khanza meremas perutnya dengan kasar. Memukul-mukul perutnya dengan bruta