Wajah Sean merah padam mendengar pertanyaan itu. Sedikit banyak, merasa disudutkan, dan ia benci tersudut. “Kamu sekarang memiliki pekerjaan baru sebagai tukang menguping pembicaraan orang, hah?” Zefanya tersenyum kecut. “Suamiku sedang berbicara dengan mantannya. Apa aku salah jika kemudian mencari tahu apa yang mereka perbincangkan?” “Apalagi, sejak pertama kita datang, begitu kamu melihat Ghea, seisi dunia seolah tak ada artinya lagi,” tandas sang wanita, menahan engah meski dad4nya jelas kembang kempis. Sean tersenyum dingin, “Aku tak ada waktu untuk membahas masalah ini! Aku naik ke kamar hanya untuk mandi dan berganti pakaian. Sebentar lagi, akan ada pertemuan untuk menyerang Klan Blast!” “Jadi, tolong kendalikan mulutmu itu dan jangan membuatku semakin jengkel, Zefa!” desis sang