44

1201 Kata

Salina sudah duduk di café milik sahabat lamanya, Aidan. Ya, lelaki yang dia kenal sejak masa sekolah, bersama-sama dengan Kalia dan Lilla. Mereka bertiga dulu hampir tidak terpisahkan. Setiap liburan, tugas kelompok, bahkan saat patah hati pertama, mereka saling menemani. Kini, meski usia sudah bertambah dan masing-masing sibuk dengan bisnis dan karir masing-masing, mereka masih menyempatkan waktu untuk bertemu. Seperti siang ini. Di hadapan Salina, sudah terhidang matcha latte hangat dan croissant keju—dua kesukaannya. Kalau bukan matcha, pasti kopi hitam yang wajib ada di paginya. Seperti mbah-mbah? Emang. Tapi itu ritual sakral Salina sebelum mulai hari. "Kuy, maaf telat. Habis meeting dulu tadi!" seru Kalia sambil sedikit berlari ke arah meja Salina. "Lah, sendiri? Mana Lilla?" ta

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN