30

1694 Kata

Denta duduk di bangku kayu di luar kedai es krim, memangku Rania yang kini asyik dengan cone stroberi barunya. Suaranya nyaring ketika tertawa, sesekali berceloteh soal warna sendalnya, soal boneka kelinci di tas kecilnya. Dan Denta, yang biasanya tak punya waktu untuk anak kecil, justru terdiam memandangi bocah itu—terlalu lama. Matanya menyapu lekuk wajah si kecil, mengingat-ingat apakah benar ini hanya kebetulan, atau... Sial. Otaknya menolak berasumsi lebih jauh, tapi hatinya menolak tenang. Di hadapannya, Kalia duduk kaku. Gelisah. Sesekali mengalihkan pandangan, mencuri pandang ke arah jam tangannya, lalu ke Rania, dan akhirnya kembali pada Denta—lelaki itu tak henti-hentinya mengamatinya seolah sedang menyusun teka-teki rumit yang jawabannya tersembunyi di balik sorot matanya. "

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN