Sudah seminggu sejak Denta resmi mengambil alih Bratama Corp, menggantikan kakaknya, Dante. Meski begitu, pria itu masih sering mondar-mandir ke kantor tanpa alasan yang jelas. Entah benar-benar bekerja atau hanya sekadar mencari angin. Kalau cuma buat bikin ribet, Denta serius mempertimbangkan baku hantam saja. Di tengah kesibukannya menandatangani berkas, pintu ruangannya terbuka tanpa aba-aba. "Lo serius amat, bro?" suara Bima terdengar santai, diiringi cengiran khasnya. Denta mendengus tanpa mengalihkan pandangannya dari dokumen di meja. "Mau apa lo?" tanyanya datar. "Lo nggak siap-siap? Ada makan malam nanti, kan?" Bima menjatuhkan dirinya ke kursi di depan Denta, memasang wajah santai seperti biasa. Denta hanya mengangkat sebelah alis. "Emang penting? Kayak nggak pernah makan aj

