Sejak malam kelam itu—malam di mana darah suaminya membasahi tangannya, malam di mana dunia seakan runtuh dalam satu tusukan—Kalia tak pernah benar-benar tidur dengan tenang. Malam menjadi waktu yang menakutkan baginya, bukan lagi ruang untuk istirahat, tapi labirin mimpi buruk yang terus-menerus menariknya kembali ke trauma. Setiap kali ia memejamkan mata, bayangan tubuh Denta yang tergeletak tak berdaya kembali hadir. Wajah suaminya yang pucat, suara napasnya yang megap-megap, darah yang tak berhenti mengalir dari perutnya—semuanya terulang dalam kepalanya, membuat jantungnya berdegup tak karuan bahkan dalam tidur. Dan setiap kali itu terjadi, Kalia akan terbangun dengan tubuh gemetar, mata basah, dan d**a sesak. Seperti malam ini. Tubuhnya berguncang, napasnya tersengal. Keringat din

