Hari ini Senin, karena kemarin hari Minggu. Hanya saja ini hari Senin yang tidak biasa. Ini hari Senin yang mendebarkan. Setelah pertemuan kami yang begitu mendebarkan jiwa, aku dan D tidak bertemu dalam beberapa lama, nyaris hampir seminggu. D mengatakan, dia sedang sibuk karena ujian semakin dekat. Namun, alasan lain mengapa kami mengambil jarak adalah, karena D bilang. Saat kami bersama waktu itu, seseorang memergoki kami sedang bergandengan tangan. Walau itu bukan teman sekelas D—orang-orang yang dulu membulliku—akan tetapi, kami harus waspada. Jadi, kami mengambil keputusan untuk tidak bertemu sampai keadaan di rasa aman. Aku bukannya penakut, juga tidak menganggap D sebagai pecundang. Aku yang melarang D untuk memberitahu siapapun kalau kami kembali bersama. Setelah pembullian yang

