Aku nyaris terlelap kalau saja pintu kamarku nggak dibuka paksa dengan cara ditendang. Aku yang setengah sadar segera meloncat dari tempat tidur dan memasang kuda-kuda Pencak Silat yang sempat aku pelajari di SD "Wuih, gerak reflekmu keren amat, Nay," puji mas Atom yang masuk ke kamarku dengan kedua tangan memegang handphone. "Aih, Mas Atom! Ngangetin tauk," protesku lalu kembali bersikap normal. "Iyalah, emang kamu kira apa? Zombie? Hantu? Maling?" tanya mas Atom dengan wajah santai. "Angin," sahutku lalu duduk di kasurku, kepalaku pusing karena bangun mendadak. "Elah sensi amat," katanya tidak terima dimarahi. "Apa? Ngapain Mas Atom ke sini?" tanyaku. Mas Atom hanya nyengir memamerkan barisan giginya yang untungnya putih. Kalau kuning, kadar kegantengan mas-ku pasti menurun hingga

