Dari sudut ruangan yang megah itu, gemerlap lampu kristal menari di antara para tamu yang mengenakan busana terbaik mereka.
Suara tawa ringan dan percakapan hangat menggema di aula, sementara orkestra di pojok ruangan memainkan melodi klasik yang memanjakan telinga.
Namun, di tengah semua kemewahan dan keramahan itu, ada seorang wanita yang duduk di sudut terpencil, pandangan matanya tajam seperti elang yang mengamati mangsanya.
Wanita itu adalah Ivana, mantan istri Sky. Dengan gaun satin hitam yang membalut tubuhnya dengan sempurna dan rambut cokelatnya yang ditata anggun, Ivana tampak seperti bagian dari pesta itu—tenang dan penuh kelas.
Namun, jika seseorang cukup dekat untuk melihat tatapan matanya, mereka akan tahu bahwa di balik senyum tipisnya tersembunyi api kemarahan dan kecemburuan.
Di sisi lain ruangan, Sky berdiri dengan santai, mengenakan setelan hitam yang pas dengan posturnya yang tegap.
Senyumnya hangat, dan sorot matanya lembut ketika dia memandang wanita di sebelahnya, Star. Ya, tadi dia sempat diberitahu oleh salah seorang temannya bahwa wanita yang bersama Sky itu bernama Star, seorang direktur marketing di sebuah perusahaan besar.
Star, dengan gaun berwarna perak yang berkilauan di bawah cahaya lampu, tampak seperti bintang yang sebenarnya—anggun dan menawan.
Tangan Sky menggenggam erat tangan Star, seolah ingin menunjukkan pada dunia bahwa wanita itu adalah miliknya.
Ivana memandangi mereka dengan penuh kebencian, hatinya membara melihat mantan suaminya itu tampak bahagia bersama wanita lain.
Pikiran Ivana melayang ke masa lalu. Dulu, Sky adalah segalanya baginya—suami yang setia, penuh cinta, dan selalu menomorsatukan kebahagiaannya.
Namun, Ivana mengkhianati cinta itu karena dia menganggap pernikahannya begitu hambar karena Sky sama sekali tak menantang akibat cinta Sky yang begitu besar pada Ivana.
Apa pun kesalahan Ivana yang terkadang dibuat-buat untuk memancing emosi Sky, namun pria itu selalu memakai logikanya dan tak pernah marah karena sangat bijak dan dewasa.
Ia teringat dengan jelas bagaimana hubungan gelapnya dengan Philo—teman bisnis Sky, dimulai.
Awalnya hanya percakapan ringan karena mereka bertetangga di apartemen yang sama, lalu menjadi curahan hati, hingga akhirnya mereka saling tergoda dan melangkah lebih jauh.
Ivana suka dengan sikap playboy Philo dan pria itu selalu membuat tubuhnya berdesir jika berada di dekatnya karena dia merasa tertantang menaklukkan Philo yang playboy.
Ketika Sky akhirnya mengetahui pengkhianatan itu, dia tidak marah, tidak berteriak, atau bahkan memohon.
Sky hanya diam, dan itu adalah momen yang paling menyakitkan bagi Ivana. Diamnya Sky adalah simbol dari luka yang terlalu dalam untuk diucapkan dengan kata-kata.
Bahkan Sky tak memukul atau menghajar Philo yang telah menggoda istrinya, bahkan sampai melakukan hubungan intim hingga akhirnya Ivana hamil.
Pernikahan mereka berakhir tanpa drama besar, tapi bagi Ivana, itu adalah kekalahan terbesar dalam hidupnya.
Kini, melihat Sky begitu bahagia dengan wanita lain, Ivana merasa seolah dunia tidak adil.
Padahal, dia sudah menikah dengan Philo, pria yang dulu menjadi alasan kehancuran rumah tangganya. Tapi perasaan itu tetap ada—rasa sakit yang tak bisa dijelaskan.
*
*
Sky dan Star berjalan melintasi ruangan, menyapa beberapa tamu dengan hangat. Setiap kali Sky tertawa, setiap kali dia menatap Star dengan mata berbinarnya, Ivana merasa hatinya seperti ditusuk
Sky sedikit berubah, tak seperti dulu yang dikenalnya. Pria itu terlihat lebih menggoda dan liar, ditambah dengan tato di leher kirinya yang membuat pria itu semakin nakal.
"Dia terlihat sangat bahagia," gumam Ivana pelan, setengah berbicara pada dirinya sendiri.
Philo, yang berdiri di sampingnya, melirik ke arah Sky dan Star, lalu kembali memandang Ivana.
Ia tahu betul perasaan Ivana saat ini. Philo memegang gelas sampanyenya dengan tangan yang gemetar sedikit, mencoba menyembunyikan kegelisahan.
"Kau seharusnya tidak peduli, Ivana. Kau yang memilih meninggalkannya dan kau memilih aku. Kita sudah punya Ariana dan kuharap kau tak melihatnya lagi," kata Philo pelan, tapi nada suaranya terdengar tajam.
Ivana berbalik menatap suaminya dengan tajam. "Aku tidak peduli dengan dia. Hanya saja … dia masih menjadi masa laluku dan aku masih tak bisa mengabaikannya," katanya dengan nada penuh pembelaan, meskipun matanya berkata sebaliknya.
Philo mendengus pelan, merasa lelah dengan ketidakjujuran Ivana. "Kau yang memulai semua ini, Ivana. Jadi, jangan bertingkah seolah kau adalah korban. Biarkan dia dan pasangan barunya, dan kita memiliki jalan sendiri. Aku tak mau berpapasan dengannya. Biar bagaimana pun aku masih menghormatinya dan dia adalah teman baikku dulu, meskipun sekarang kami sudah tak saling menyapa."
Ivana terdiam sejenak, tapi hatinya semakin terbakar. Ia tahu Philo benar, tapi dia tidak ingin mengakuinya. “Aku sama sekali tak takut bertemu dengannya.”
“Ayo, kita pergi,” kata Philo.
“Tidak, aku masih ingin berada di sini.”
Philo menghela napasnya dan membiarkan Ivana karena memang wanita itu cukup keras kepala dan egois.
*
*
Ketika Sky dan Star akhirnya mendekati sisi ruangan di mana Ivana dan Philo berada, suasana menjadi semakin tegang.
Ivana mencoba menyembunyikan emosinya di balik senyum tipis, sementara Philo terlihat gelisah.
"Sky," sapa Philo dengan nada ramah yang terdengar dipaksakan. Dia tak bisa pergi dari sana karena Ivana tampaknya tak ingin pergi, dan dia tak mau membuat keributan akibat pertengkaran sepele.
Sky menghentikan langkahnya, menatap Philo dengan ekspresi datar sebelum akhirnya tersenyum kecil. "Philo," balasnya singkat.
Star, yang berdiri di samping Sky, mengamati interaksi itu dengan tenang. Lalu Sky memperkenalkan mereka pada Star dengan begitu santainya.
“Dia Ivana, mantan istriku. Dan itu Philo, teman baikku, sekaligus suami Ivana.”
Star tersenyum tipis dan merasakan ketegangan di antara mereka bertiga. Apalagi dia tahu tahu cerita di balik perceraian Sky. Namun, dia memilih untuk tetap menjaga sikapnya.
"Hai, senang bertemu dengan kalian,” sapa Star dengan ramah namun anggun.
Ivana tersenyum tipis, mencoba menunjukkan bahwa dia tidak terpengaruh. "Sky, sudah lama sekali," katanya dengan nada tenang. "Dan siapa ini?" Ia berpura-pura tidak tahu siapa Star, meskipun dia sudah mendengar banyak tentang wanita itu.
Sky melirik Star dan tersenyum lembut. "Ini Star, wanita terfavoritku."
Ivana merasakan dadanya sesak mendengar kata yang diucapkan Sky atas penggambarannya pada Star.
Sedangkan Star, meskipun salah tingkah, tapi dia berusaha menyembunyikannya dengan sikapnya yang elegan.
Dan Ivana berhasil mempertahankan senyumnya. "Senang bertemu denganmu, Star," katanya, meskipun ada nada dingin dalam suaranya.
"Senang bertemu denganmu juga," balas Star dengan ramah, meskipun dia bisa merasakan ketegangan di udara.