Star menatap Sky dengan tatapan tajam, berusaha mengendalikan badai gairah yang baru saja muncul di dadanya. Di ruangan kantor yang sepi, dengan hanya lampu redup dari jendela kaca besar yang memperlihatkan pemandangan kota, suasana menjadi lebih panas dari biasanya. Sky berdiri di hadapannya, tinggi dan percaya diri, dengan senyum yang mengundang tetapi juga menantang. “Aku tak mau bercinta di sini. Kurang memuaskan,” sahut Star. Sky mengangkat satu alis, menatapnya dengan intens, namun kali ini dengan senyum yang lebih lembut, tetapi tetap mematikan. “Baiklah,” katanya. “Kalau kau tidak nyaman di sini, aku tidak akan memaksamu, Baby.” Sky melangkah mundur sepenuhnya kali ini, meraih jasnya yang dia letakkan di sandaran kursi. “Ayo pergi,” katanya sambil melirik jam di pergelangan