Novan duduk di balik meja kerjanya. Ia terdiam menatap laptop yang sejak tadi menyala tetapi tidak ia sentuh. Pikirannya melayang entah kemana. Sudah bberapa hari ini tidak bertemu dengan Greta. Hidupnay semkain terasa hampa. Setiap melihat ponsel, tanagn Noan gatal ingin menelepon Greta. Tapi ia urungkan niat itu. Ia ingat kata -kata Greta yang selalu mengingatkan bahwa jangan pernah menghubunginya dulu kalau bukan Greta yang menghubunginya. Malahan, dua hari lagi, ia harus ke London dan melangsungkan pertunangana dengan Nadiva. Gadis kecil itu benar -benar sudah gila. Novan bersandar di kursinya. Matanya menatap layar laptop yang masih menampilkan laporan keuangan perusahaan, tapi otaknya tidak bisa fokus. Semua angka tampak berbaur seperti kabut yang menyesakkan. Ia mengusap wajahnya

