Sebuah penyesalan atau pengakuankah yang baru saja Abs katakan padaku? Aku masih berdiri mematung menatapnya dengan air mata berderai. Rasanya sakit sekali mendengar keputusasaan Abs mengatakan hal tadi karena aku juga merasakan hal yang sama. Kami hanya saling memandang dan diam tidak mengatakan apa-apa selama beberapa saat sampai Abs memelukku. Pelukan hangatnya menyelimuti tubuhku yang membeku dan menghantarkan getaran-getaran penuh makna. Cinta. Apakah ini cinta? Tiba-tiba saja Abs mengurai pelukannya lalu mundur seperti menjaga jarak dariku. Pancaran matanya menyiratkan kepedihan yang sama seperti yang kurasakan. Pertalian darah ini yang membuat kami harus tahu diri. Aku merasakan dorongan kuat dalam diriku untuk mendobrak semua aturan, tapi diamnya Abs menahanku. “Aku minta maaf

