Lucia menghirup kuah soup terakhirnya. Selesai mengisi perut yang terasa lapar. Sesekali, kedua mata coklat miliknya bergerak, melirik ke arah Falcon. Sejak tadi, pria itu belum bersuara. Serius memandangi ponsel. "Kau tidak makan?" tanya Lucia, sekadar basa-basi. Menunjukkan rasa prihatin. Falcon mengangkat pandangan, melirik ke arah jendela dapur. Udara dingin, Seattle hujan. "Kalau begitu aku ke kamar duluan," tandas Lucia. Menggeser mangkuk nya lebih ke tengah. Beranjak bangkit. Namun, mendadak Falcon meraih piring yang ada di depannya. Melempar benda itu ke dinding. Lucia menjerit nyaring. Bergetar ketakutan. "Apa yang kau lakukan bersama pria berengsek itu di belakang ku?" tanya Falcon. Berdiri tegap, melangkah mendekat. Memegang kedua lengan Lucia, sigap. "Falcon sakit!" isak