"Kenapa kau tiba-tiba bertanya seperti itu?" tanya Gail tak mengerti.
"Yah sebab Crystal bilang kalau dia melihatmu bersamaku padahal aku sudah pulang lebih dulu ... kau bersama dengan Lisa ya?" terka Lizzy dengan cepat. Tentu saja Lizzy bisa langsung menebak, dia dan Lisa adalah kembar identik.
Siapa lagi yang mirip dengannya selain saudara kembarnya itu?
Sementara di dalam mobil Gail tersenyum puas. Entah kenapa dia sangat suka dengan jawaban Lizzy, dia memang wanita cerdas. "Kenapa kau diam? Apa jawabanku benar? Jadi selama ini Lisa berada di taman hiburan yang sama dengan kita?"
"Ya, aku sempat mengira dia adalah dirimu dan bertanya tentang penampilannya yang beda rupanya aku salah orang. Ngomong-ngomong, dia orangnya baik dan lembut persis seperti yang kau katakan," jelas Gail masih dengan senyum merekah di wajah.
"Ngomong-ngomong dia mengkhawatirkanmu, Lisa mengatakan kalau dia sudah tak menyimpan dendam sama kamu dan mau bertemu denganmu secepatnya. Apa kau senang?" Lizzy untuk sementara diam tak bersuara, perasaannya campur aduk sekarang.
Dia merasa senang bisa mendengar kabar baik itu akan tetapi di lain sisi lain, ia merasa bersalah sebab pada Lisa karena telah bertindak di luar batas. "Lizzy, kenapa kau diam? Kau tak senang dengan kabar yang aku bawa?"
"Mm ... nanti kita bicara lagi aku memiliki urusan lain." telepon dimatikan dengan cekatan oleh Lizzy. Wanita itu kemudian berbaring di tempat tidurnya yang empuk dan memikirkan beberapa peristiwa ketika menikah dengan Saga.
Dia jadi ragu untuk bertemu dengan Lisa, apa yang dikatakan oleh Gail itu benar? Lizzy kemudian membuang napas kasar.
"Aku butuh istirahat sebentar," gumam wanita itu. Baru beberapa detik memejamkan mata, Lizzy yang sudah bisa merasakan ketenangan mendadak terganggu dengan suara ribut.
"CRYSTAL APA-APAAN KAU INI? JANGAN MEMBUAT SESUATU YANG BODOH!?" bentakan Saga bisa di dengar oleh Lizzy dari dalam kamar. Lizzy mengeluh dan langsung keluar dari tempat peristirahatan.
Dia bergerak ke balkon di mana ada Saga beserta beberapa orang berkumpul. Terdapat juga Crystal hanya saja sekarang dia berdiri di pagar balkon sepertinya wanita itu tengah mencoba hal yang baru. Lebih tepatnya sebuah drama murahan lagi dan cocok untuk ditonton.
Lizzy berdiri tak jauh dari mereka lalu memperhatikan apa yang selanjutnya bakal terjadi. Dia sangat tertarik melihat bagian akhirnya. "Sudahlah Saga, biarkan saja aku mati! Kau sudah bosan denganku itu berarti aku tak memiliki arti untuk hidup?!" balas Crystal berteriak. Dari sepasang matanya, air terus mengalir ditambah mimik sedih yang sukses membuat perhatian orang tertuju pasa wanita itu.
Lizzy juga bisa melihat raut wajah Saga yang tegang menambah bagus drama tersebut. "Ah andai saja aku punya popcorn pasti akan lebih bagus," gumam Lizzy sendiri.
"Crystal kita bisa bicarakan hal ini secara baik-baik, tolong jangan karena kau putus asa kau bertindak bodoh semacam ini! Aku pasti akan menemukan jalan keluarnya jadi-"
"Apa kau mencintaiku Saga?!" potong Crystal masih dengan suara yang keras.
"Mmm ... itu ...." Terang saja Saga tak bisa berpikir jernih, dia merasa tersudutkan dengan tindakan Crystal sekarang. Saga pun bukan memikirkan jawaban dari pertanyaan kekasihnya melainkan bagaimana cara menyelamatkan Crystal.
"JAWAB AKU!" hardik Crystal, nadanya tambah kencang memekakak telinga.
"Ya aku mencintaimu Crystal!" sahut Saga menyergah.
"Jadi turunlah!" perintah Saga akhirnya dipatuhi. Crystal perlahan bergerak dan mengulurkan tangan agar bisa dijangkau oleh Saga.
Benar saja Saga langsung meraih tangan Crystal lalu menrikanya turun secepat mungkin. Lizzy mendecak kesal seketika, tak suka dengan akhir drama yang menurutnya jelek.
"Kenapa sih akhir dramanya jelek begini? Padahal aku ingin sesuatu yang bagus." ucapan Lizzy mendapat respon kemarahan dari Saga terbukti sekarang jika pria itu menatap tajam pada Lizzy.
"Kau ternyata tak punya hati ya Lizzy? Aku tahu kau dan Crystal itu tak memiliki hubungan yang baik tapi bisakah kau memiliki sedikit simpati saja? bagaimana kalau Crystal benar-benar meloncat?" kata Saga seraya menyorot Lizzy dingin. Jelas Lizzy tak terima dengan ucapan sang suami dan segera membela diri.
"Hah? Untuk apa aku bersimpati pada wanita yang penuh tipu muslihat seperti dia? Asal kau tahu saja dia itu-"
"Sudahlah kau memang kejam. Kupikir kau itu orang yang baik tapi melihat wajah aslimu, aku sangat kecewa sekarang." Saga kemudian merangkul pundak Crystal dan berniat pergi bersama wanita itu.
Kekesalan Lizzy semakin menjadi-jadi ketika melihat Crystal memasang wajah sedih seakan dialah korbannya namun dia mencoba meredam dengan menghembuskan napas panjang. Alhasil dirinya menjadi tenang kembali, malah dia bisa menampilkan senyum smirk-nya yang khas.
"Yah terserah saja kalau kau mengatakan jika aku tak punya hati ... aku bisa menerimanya tapi seharusnya otakmu jauh lebih encer dariku Tuan Saga." perkataan Lizzy lantas menghentikan langkah kaki Saga dan pria itu melihatnya.
"Coba kalau kau mengabaikan Crystal, aku yakin 100 persen wanita itu pasti langsung turun. Berdiri di sana jelas akan merasa ngeri. Dia mana mungkin melakukan bunuh diri hanya karena cemburu dan jika dia melakukannya itu namanya pembodohan. Semua yang dilakukan oleh Crystal itu hanya ingin menarik perhatianmu saja, tidak lebih dari itu," tutur Lizzy panjang lebar sambil sesekali melirik pada Crystal dengan tatapan sengit.
"Terserah kalau kau tak percaya tapi bukankah sebagai seorang pria kau harusnya lebih menggunakan logika ketimbang perasaan. Tolong pikirkan kata-kataku dengan baik ok?" setelah mengatakan hal demikian Lizzy pergi dari tempat itu tanpa ada beban beda halnya dengan Saga yang diam seribu bahasa memikirkan penuturan dari sang istri.