Harus Seranjang

833 Kata
Lizzy akhirnya sampai lebih dulu dan dia berjalan masuk setelah membayar biaya taksi. "Ayah, Ibu," sapa wanita itu. "Lizzy, dari mana saja kau? Ayah dan Ibu sudah lama menunggu," balas Mahendra. "Maaf Ayah, Ibu aku sedang berkumpul dengan teman-teman jadi lupa waktu." "Yah baiklah tak apa-apa, ayo berkumpul dengan dengan kami. Ada yang harus kami bicarakan, ngomong-ngomong mana suamimu kenapa dia tak kelihatan ya?" tanya Mahendra bingung. Sempat d**a Lizzy bergemuruh namun dengan lihai ia memberi alasan. "Dia juga sedang pergi dengan teman-temannya setelah bekerja tak lama lagi Saga pasti pulang," "Tapi Ayah kesal kenapa dia sering meninggalkanmu sendirian, kalian itu pasangan yang baru menikah harus punya lebih banyak waktu. Lihat saja nanti kalau dia pulang Ayah akan memarahinya habis-habisan," Mahendra mengomel dan dibalas senyum hambar oleh Lizzy. "Lizzy ayo duduk sama Bunda," pinta Yuna, Ibu Saga. Dia menurut dan duduk dekat mertuanya itu. "Bagaimana kabarmu?" tanya Yuna memulai pembicaraan. "Baik-baik saja Bunda, kalau Bunda dan Ayah?" "Kami baik. Bagaimana dengan Saga? Dia memperlakukanmu dengan baik, kan?" sebagai jawaban Lizzy mengangguk. "Apa kau yakin?" tanya Yuna ragu. "Iya aku serius. Kenapa tiba-tiba Bunda bertanya seperti itu?" Lizzy balik bertanya. Ibu dari Saga kemudian membuang napas berat. "Entah kenapa Bunda selalu merasa cemas kalau teringat kamu dan Saga. Tiba-tiba saja tapi Bunda tak mengerti jadi Bunda tanya sama Lizzy agar jujur," Yuna menerangkan. Mendengar itu Lizzy jadi ikut prihatin dan ia mencoba menenangkan dengan menggenggam tangan Yuna. "Bunda jangan khawatir, aku baik-baik saja bersama Saga. Memang kami sedikit meluangkan waktu bersama tapi itu sebab dia sedang sibuk bekerja," ujar Lizzy menghibur. Sontak Mahendra mendengus, "Ya kau bisa dengan enteng mengatakan hal itu Lizzy sebab kau tidak tahu bagaimana sifat suamimu sebenarnya," sahut pria itu dengan nada kesal. "Maksud Ayah?" tanya Lizzy saat dia menatap Mahendra "Lizzy, Ayah bukan bermaksud menjelek-jelekkan Saga tapi dia itu penggoda wanita. Jika si wanita menarik maka langsung diembat seringnya melakukan one night stand. Kami sangat takut jika karena keburukannya ini kau tersakiti," tutur Mahendra panjang lebar. Lizzy berdiam diri. Sungguh wanita itu tak mengerti bagaimana bisa Mahendra yang adalah Ayah Saga mengatakan dengan mudah sifat jelek putranya sendiri tapi ini juga merupakan suatu bukti jikalau Saga memanglah terbuka pada kedua orang tuanya. "Ayah, Bunda. Jangan khawatir, aku ini wanita tangguh ... jika dia main perempuan maka aku akan menghajarnya!" kata Lizzy penuh percaya diri. Sengaja tak memberitahu jika ia tahu tentang semuanya agar mendapat kepercayaan dari mertua. Baik Yuna dan Mahendra mereka tersenyum senang namun sebelum bersuara sosok Saga berjalan menghampiri. "Ayah? Ibu, kalian kok datang di rumahku?" tanya Saga begitu jarak di antara mereka sudah dekat. "Sengaja untuk bikin kejutan. Saga ayo kita ke halaman belakang, Ayah dan Bunda mau bicara berdua sama kamu." Lantas Saga yang tak tahu apa-apa mengikuti Ayah beserta Bundanya. Waktu itu juga Lizzy buru-buru ke dalam kamar dengan bantuan para pelayan, ia mengemas barang miliknya untuk pindah ke kamar Saga sedang kamar milik Lizzy disiapkan buat sang mertua. Dari kamar Saga itulah Lizzy bisa melihat Saga bersama Ayah dan Ibunya tengah membicarakan sesuatu. Tampak raut wajah pria itu tidak bersemangat beda hal dengan yang ditujukan oleh Mahendra. Lizzy lalu keluar guna melakukan kewajibannya sebagai seorang istri dan menantu. Hari ini sengaja dia memasak agak banyak. Tak berapa lama datanglah mereka dari halaman belakang. Mereka cukuo takjub sebab menemukan makanan telah tersedia di meja. "Ayah, Bunda mari kita makan sama-sama," kata Lizzy. "Ini semua kamu yang masak?" "Iya Bunda, untuk kebutuhan suami aku mengerjakan sendiri." Tidak ada yang salah dari perkataan Lizzy tapi wanita itu bisa melihat raut wajah tidak suka ditujukan oleh sang suami. Namun Saga diam dan lalu duduk untuk makan. Hanya tiga orang yang bersamanya mengobrol bahkan dia juga menyelesaikan makan dan pergi tanpa sepatah kata. Lizzy melihat sikap sang suami dan menghentikan kegiatannya. "Bunda, Ayah, aku mau ke kamar dulu," kata Lizzy. "Loh memangnya kamu sudah kenyang?" tanya Yuna. "Iya sudah," balas wanita itu singkat. Dia kemudian menyusul Saga dengan langkah yang agak gesit. Di dalam kamar, Lizzy bisa melihat pria yang belum melepas kaus kakinya tengah berbaring. "Lepaskan kaus kakimu dulu jorok sekali." Saga melihat sebentar padanya dan mengubah posisi tidur menyamping. "Kau masih marah padaku soal yang tadi?" tidak ada jawaban menandakan terkaan Lizzy benar. "Baiklah aku minta maaf ... aku salah sebab menuduh Crystal sembarangan tapi hubungan kalian jelas salah ka-" "Bisakah kau diam? Muak aku selalu mendengar hal itu terus," potong Saga. kening Lizzy terangkat. "Ayah dan Bunda membicarakan hubunganmu dengan Crystal?" "Mereka tahu aku masih berpacaran dan mereka meminta agar aku putus dengannya karena ingin fokus sama kamu supaya dapat cucu," Saga menjelaskan. "Mereka ingin kita menghabiskan waktu berdua selama mereka ada di sini dan artinya kita harus seranjang," lanjutnya seraya memandang lekat ke arah Lizzy. Pesan buat para pembaca : Hai maaf sudah buat anda lama menunggu author. Ini semua sebab author macet banget otaknya buat nulis satu bab ini padahal draft udah dari sebulan yang lalu. See you in the next part!! Bye!
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN