Rasi meregangkan kedua tangannya, bahu dan tangannya terasa sangat lelah sekarang. Padahal jam masih menunjukkan pukul satu siang. Aafia yang semula duduk di sofa pun bangkit dan menghampiri suaminya itu. Aafia berdiri di belakang kursi kebesaran Rasi lalu memijit bahu Rasi tanpa diminta. “Ah iya disitu.” Rasi memejamkan matanya dengan rileks merasakan pijatan Aafia pada kedua bahunya. Tringgg... tringg... tringgg... “Ponsel kak Rasi bunyi tuh,” ucap Aafia memberitahu. Lalu ia mengintip nama si pemanggil. “Dari Mama kak.” Rasi membuka kedua matanya kemudian meraih benda pipihnya. Tanpa pikir panjang ia langsung menggeser icon hijau. “Iya, Ma?” “Sore ini kamu pulang ke rumah, bawa Aafia juga.” Rasi mengerutkan dahinya ketika mendengar suara Malika yang tak biasa, suara Malika bernada

