Dua bulan berlalu, sepi makin mengiris. Rini sedang duduk sambil memegang ponselnya. Sudah berpuluh atau bahkan beratus pesan yang ia kirimkan tapi hanya tercentang satu. Air mata Rini kembali jatuh. Entah sudah air mata keberapa, ia tidak bisa menghitungnya lagi. Devan menghilang tanpa kabar. Tidak ada kata tidak ada pesan. Sedangkan bermain petak umpet saja harus menggunakan hitungan sehingga bisa mempersiapkan diri. Tapi Devan menghilang tanpa kata. Hilang adalah kata yang sangat mengguncang Rini. Ia sudah banyak merasakan kehilangan. Kehilangan kasih ibu tepat di hari ia lahir. Hilang kasih sayang Ayah dan juga di benci keluarga Ayahnya. Dan kini ia kehilangan Suami yang begitu mencintainya, yang pergi tanpa kabar berita. Devan pelabuhan hatinya, tempatnya membagi kasih. Rini

