THIRTEEN- MY BRA.

2325 Kata
THIRTEEN- MY BRA. BRIGHT mengakui dengan segenap perasaaannya bahwa dia menginginkan Moonlight. Dari kobaran gairah yang terpancar di manik mata gadis itu, dia juga tahu kalau Moonlight juga menginginkannya. Namun apa yang barusan diucapkan oleh Moonlight benar adanya, mereka tidak bisa melakukan ini. Tidak di saat kondisi Moonlight seperti sekarang. Memindahkan Moonlight ke Negara ini saja sudah membuat Bright cukup khawatir, jauh dari lubuk hatinya Bright takut jika esuatu terjadi dengan gadis itu. Di sela ciuman mereka, Bright menahan segala godaan untuk menyentuh Moonlight. Satu tahun tidak berhubungan s*x dengan lawan jenis membuatnya frustasi. Moonlight adalah dalang di balik semua ini. Gadis itu harus bertanggung jawab atas semua yang terjadi padanya. Tiba-tiba Bright kembali teringat dengan darah yang mengalir di tangan mantan kekasihnya itu. Dia memaksa kan dirinya sendiri untuk menyudahi ciuman itu. “Aku harus segera memanggil dokter,” katanya terengah. Namun alih-alih melepaskannya, Moonlight justru menahan tangan Bright saat pria itu hendak pergi. “Tunggu!” Bright mengerutkan keningnya dalam-dalam lalu menghela napas. “Moon, tanganmu. Aku tidak mau sesuatu terjadi padamu.” “Aku tahu.” Moonlight mengabaikan dirinya sendiri. “Aku hanya ingin minta maaf.” Bright menggeleng. “Tidak ada yang perlu dimaafkan. Kau tidak bersalah. Sekarang biarkan aku pergi mencari Daniel.” “Jangan lupa pakai bajumu,” pinta Moonlight sebelum Bright pergi meninggalkannya. Bright yang mendengar itu hanya bisa tersenyum malu. Sebelum beranjak ia menyempatkan diri untuk mengecup bibir Moonlight singkat. “Terima kasih sudah mengejutkanku, Teman.” Moonlight mendesah. “Kaulah yang mengejutkanku.” Dengan seukuat tenaga, Bright memaksa kakinya untuk menyingkir dari sana. Dia mengambil handuk yang terletak tak jauh dari bathub kemudian memakainya dengan cepat. Sembari berjalan menuju walk in closet, Bright menghubungi Daniel untuk menyiapkan makan siang untuk dirinya dan Moonlight serta membawa dokter ke kamar mereka. Sesampainya di walk in closet, Bright bertanya pada Daniel mengenai situasi di rumah sakit. Pria itu melaporkan kalau saat ini semuanya dalam keadaan baik-baik saja. Orang-orang suruhan Lucas masih berjaga di tempat itu seperti biasa. Sepertinya mereka sama sekali tidak menyadari kalau Moonlight telah dibawa pergi dari sana. Jika semua berjalan lancar, kemungkinan kecil Lucas bisa menemukan Moonlight. Usai memakai baju yang lebih layak, Bright kembali ke ranjang mereka. Dia melihat Daniel, dokter yang menangani Moonlight, dan beberapa pelayan telah berada di sana. Daniel menoleh sekilas pada Bright sebelum kembali mendengarkan ceramah sang dokter. Jika ditilik dari ekspresi mereka berdua, sepertinya tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Dokter muda itu segera undur diri dari sana setelah menyelesaikan tugasnya. Dia sempat mengangguk sejenak pada Bright sebelum punggungnya menghilang di balik pintu. Bright memilih untuk langsung duduk di sofa ketimbang menghampiri Moonlight. Dia akan segera mendengar semuanya dari Daniel. Tepat sesuai dugaannya, Daniel menghampiri dirinya setelah kepergian sang dokter. Pria itu mengambil dua gelas kosong kemudian meletakkannya di atas meja. Ia menuang wine ke dalam masing-masing gelas lalu memberikannya pada Bright. “Tidak ada yang perlu dikhawatirkan,” katanya memulai. “Hmmm…” Bright bisa melihat itu. Ia melirik Moonlight sekilas. Gadis itu sedang berbincang dengan salah satu pelayan. “Tapi yang membuatku penasaran, kenapa infusnya bisa terlepas? Apakah terjadi sesuatu?” “Tidak ada.” Dusta Bright. Dia tidak ingin Daniel mengetahui apa yang barusan terjadi. “Beristirahatlah, Daniel. Aku tidak akan mengganggu waktumu sampai besok pagi. Kau berhak mendapatkan waktu untuk beristirahat.” “Benarkah?” tanya Daniel sama sekali tidak terlihat antusias. “Ya.” Ia melirik Moonlight sekilas. “Aku juga akan beristirahat. Perjalanan ini cukup melelahkan.”  Daniel menahan senyuman. “Aku tidak percaya mendengar ini darimu.” Tiba-tiba pelayan datang menghampiri mereka berdua. Daniel terpaksa menutup mulutnya. Wanita muda itu mengatakan dengan nada lirih untuk meminta Daniel dan Bright segera keluar dari ruangan itu karena Moonlight ingin membersihkan tubuhnya dan mengganti pakaian. “Nah, Daniel, kau bisa keluar sekarang.” “Aku?” ulang Daniel tidak percaya. “Kudengar dia juga memintamu untuk keluar, Bright. Bagaimana kalau kita berdua keluar bersama dan biarkan Moonlight menikmati waktunya sendiri.” Bright tersenyu miring. “Tidak perlu. Aku akan tetap berada di sini. Daniel, aku tidak berniat untuk keluar dari kamar ini.” “Sial!” Daniel bangkit. “Kau mengambil kesempatan dalam kesempitan!” “Aku?” Dengan telunjuknya, Bright menunjuk dirinya sendiri. “Maaf, tapi dia milikku.” Bisiknya. Bright tidak mau Moonlight mendengar hal itu. “Kau tahu maksudku, bukan?” Daniel mengangkat kedua tangan ke udara. “Tidak. Aku sama sekali tidak mengerti. Bye!” ia lalu pergi meninggalkan ruangan itu. Tak berselang lama kemudian pelayan yang tadinya sudah berada di sisi Moonlight Bright kembali menghampiri dirinya. Dia meminta agar Bright meninggalkan ruangan itu. Perintah itu datang dari Moonlight langsung. Namun Bright mengabaikan semua itu. Sebaliknya, dia justru menyuruh pelayan itu pergi dari sana. Bright ingin semua orang mengosonkan ruangan itu segera dan menyisakan dirinya dan Moonlight saja di sana. Mau tidak mau semua orang menuruti perintah Brighton. Kurang dari satu menit ruangan itu kini hanya dihuni oleh Brighton dam Moonlight. Bright sekali lagi menyesap wine yang telah dituangkan oleh Daniel. Dia menunggu reaksi Moonlight. Kira-kira apa yang akan dilakukan oleh gadis itu? “Kenapa kau menyebalkan sekali?” protes itu keluar dari bibir manis Moonlight. “Aku hanya ingin ganti baju, Bright! Argghhtttttt!” Bright berdiri kemudian menghampiri Moonlight. Sesampainya di sisi gadis itu, ia duduk di ranjang dengan perasaan tak bersalah. “Aku akan membantumu.” “Tidak.” tolak Moonlight tegas. “Keluar dari sini dan biarkan pelayanmu yang melakukannya.” Kepala Bright meneleng ke samping. “Aku punya banyak pelayan. Pelayan mana yang kau maksud?” “Yang mana saja!” “Benarkah?” Bright lalu mengalihkan pandangan ke luar. “Daniel? Atau Jackson? Atau mungkin Darrel? Kau mengenal mereka semua. Jadi, siapa yang bisa membantumu mengganti baju?” Wajah Moonlight merah padam karena marah. “Bright!” serunya. “Kau bisa memilih salah satu dari mereka atau aku.” “Pelayanmu yang perempuan. Yang tadi datang kemari!” “Mereka tidak termasuk dalam hitungan. Tiga laki-laki yang kutawarkan tadi atau aku.” “Aku tidak mau kalian semua.” Moonlight memandang Brigght dengan penuh amarah. “Ayolah, Bright! Kumohon!” “Pilihan ada di tanganmu, Moonlight.” Katanya sembari tersenyum jahil. “Aku atau mereka.” “Pilihanmu sama sekali tidak menguntungkanku.” “Aku satu-satunya yang pernah melihat semuanya. Bahkan menyentuhnya.” ** Sepertinya Moonlight memang tidak punya pilihan lain selain membiarkan Brighton membantunya. Dia ingin sekali mengganti pakaian, menggosok gigi dan juga setidaknya mengelap sekujur kulitnya yang tidak dibalut oleh perban dengan air bersih. Semula Moonlight berharap kalau salah satu pelayan wanita Bright akan membantunya tetapi sial memang. Bright justru mengusir mereka semua dan memberinya penawaran yang sama sekali tidak masuk akal. Jika sudah seperti ini, Moonlight tidak punya pilihan lain. “Baiklah.” “Jadi?” “Kau.” Terbit sebuah senyum penuh kepuasan di wajah Brighton. Kali ini Moonlight akan membiarkan Bright memenangkan ini tapi lain kali. Moonlight tidak akan membiarkan hal itu terjadi. “Bisakah kita mulai sekarang?” “Terserah kau saja,” katanya penuh kekesalan. “Aku akan mulai melepas bajumu.” Tangan Brighton menjelajah bagian atas kemeja Moonlight. Dengan sangat hati-hati pria itu melepas satu per satu kancing kemejanya. Gerakan Brighton tiba-tiba terhenti seketika saat dia sudah setengah jalan melepas kancing kemeja Moonlight. Pria itu menghela napas pendek kemudian bertanya pada Moonlight. “Ada apa sebenarnya, Moon?” Kali ini Moonlight sama sekali tidak mengerti arah pembicaraan Brighton. “Ha?” “Kau menyembunyikan sesuatu dariku?” “Tidak.” dustanya. “Kenapa kau tiba-tiba berpikir begitu?” Semula Moonlight berpikir kalau Bright merasa bersalah dengan apa yang telah diperbuat. Namun sepertinya pria itu bahkan terbesit sedikit pun mengenai hubungan seksual. Bright menatap lekat matanya. “Apakah selama ini kau makan dengan baik?” Sepertinya dia mulai memahami arah pembicaraan Bright. “Ya.” “Apakah selama ini kau juga beristirahat dengan baik?” “Bright,” Moonlight menutup bagian atas dadanya yang mulai terlihat. “Kau tidak perlu mengkhawatirkanku seperti itu. Aku menjalani hari-hariku dengan sangat baik. Makan dan beristirahat dengan baik pula. Berhentilah mengkhawatirkanku.” “Kau jauh lebih kurus dari saat terakhir kali kita bertemu. Kau berbohong padaku, bukan?” Moonlight tidak bisa mengelak. Dia memang menghabiskan berjam-jam untuk bekerja. Dia bekerja selama lebih dari 100 jam per minggu. Tidak mengenal kata lelah. Bahkan ketika dia sakit, Moonlight terpaksa bekerja di atas tempat tidur demi memperbaiki kehidupannya. Semua ini terjadi karena Mosha. Seandainya saja dia tidak terjerumus ke dalam bisnis mengerikan itu, mungkin saat ini kehidupan Moonlight tidak akan seburuk ini. “Aku mengikuti kelas yoga. Kurasa itu membuat berat badanku berkurang.” “Bohong lagi.” keluh Brighton. “Katakan padaku apa yang terjadi selama satu tahun ini, Moon.” “Tidak ada yang istimewa, Bright. Semuanya masih sama seperti dulu. Aku hanya memulai kehidupan baru setelah kita berpisah. Tolong berhenti menanyakan kehidupanku karena aku tidak akan mau menjelaskan apa yang terjadi padaku. Nah, sekarang selesaikan tugasmu. Kecuali kau mau melihatku sakit karena terlalu lama membuka baju.” Bright mengambil napas dalam-dalam. “Baiklah. Aku berharap suatu hari nanti kau akan mengatakan padaku apa yang sebenarnya terjadi. Aku peduli padamu, Moon. Aku tidak mau sesuatu yang buruk terjadi padamu. Sebagai temanmu, aku ingin selalu melindungimu.” “Terima kasih, Bright.” Moonlight menyentuh wajah Bright. Dia sangat merindukan sosok penuh kasih itu. Dulu Moonlight hanyalah gadis kecil yang bermimpi bertemu dengan pengeran dari negeri seberang. Lalu mimpinya terwujud saat Bright datang dengan kebaikan hatinya. Pria itu luar biasa. Meski saat itu mereka masih kanak-kanak, Bright memperlakukannya dengan sangat baik. Bahkan ketika nama Bright melambung tinggi sebagai pembalap F1 nomor satu di dunia, sikap Bright tidak pernah berubah padanya. Seandainya saat itu Lucas tidak datang, mungkin Moon light tidak akan nekat meninggalkan Brighton. “Bicaralah padaku saat kau sudah siap.” Pinta Bright sembari merangkum telapak tangan Moonlight yang masih menempel di wajahnya. “Tentu.” Sahut Moonlight sembari mengulas senyuman. Tapi aku tidak akan bisa melakukannya, Bright. Maaf. “Ayo, bantu aku mengganti bajuku. Tolong hati-hati, Bright.” “Tolong tegur aku jika aku menyakitimu, Moon.” Bright kembali fokus pada pekerjaannya. Di luar dugaan Moonlight, pria itu sama sekali tidak mengambil keuntungan dari situasi mereka saat ini. Bright membantunya dengan tulus. Setelah melepas bajunya, Bright fokus membersihkan tubuh kotor Moonlight dengan lap yang sudah dibasahi dengan air hangat. Ia melakukan berkali-kali hingga kulit Moonlight terlihat bersih. “Bagaimana?” tanya Bright sebelum beralih ke bagian lain. “Cukup,” Moonlight menjawab dengan nada puas. Bright kemudian melanjutkan pekerjaannya lagi. Karena sudah melewati bagian-bagian yang dirasa rawan, kali ini dia berani bekerja sambil berbicara. “Apakah kau ingat kalau dulu kau pernah melakukan ini padaku?” Bagaimana mungkin Moonlight bisa melupakan kejadian itu? Saat itu usianya baru sembilas belas tahun. Bright mengalami kecelakaan yang membuatnya harus vakum sejenak dari dunia balap. Beberapa tubuhnya mengalami luka serius. Alih-alih dirawat di rumah sakit atau pulang ke rumahnya, Bright justru memilih pulang ke rumah yang sudah dibelinya sendiri. Dia meminta Moonlight untuk merawatnya. Saat itu Moonlight tidak siap melihat Bright yang datang dengan penuh luka. Namun karena besarnya cintanya pada pria itu, akhirnya Moonlight memberanikan diri merawat Bright dengan ditemani tenaga medis. “Ya. Jadi, karena itu kau merasa berhutang budi padaku?” “Tidak,” Bright mengambil baju bersih lalu memakaikannya pada Moonlight. Dia melewatkan salah satu bagian terpenting di sana. Bra. “Aku hanya tiba-tiba ingat kejadian itu.” “Dan orangtuamu datang ke rumah dengan marah-marah.” Moonlight masih ingat betapa marahnya Mr. dan Mrs. Smith saat itu. Mereka memarahi Bright habis-habisan karena tidak mau dibawa ke rumah sakit. Namun akhirnya mereka mengalah setelah Bright mengancam kalau dia akan melompat dari lantai tiga jika mereka terus memaksanya ke rumah sakit. “Hari itu kau berkata, ‘Yang aku butuhkan bukan dokter! Yang aku butuhkan hanyalah Moonlight!’ Lalu sejak saat itu ayahmu memanggilmu Si Dungu yang telah dibutakan oleh cinta.” Keduanya lalu tertawa terbahak. Bright memang tertutup jika menyangkut keluarganya. Sampai saat ini dia tidak tahu kenapa Bright selalu menyimpan rapi semua fakta yang menyangkut keluarganya. Terkadang Moonlight berpikir apakah keluarganya berasal dari keluarga yang diburu oleh polisi dan pemerintah? Atau Bright mungkin belum mempercayai dirinya sepenuhnya. “Setelah itu aku membuat tattoo dari nama kita berdua. Ingatkah kau akan hal itu?” Moonlight menggigit bibir bawahnya kuat-kuat. Baru kemarin dia melihat tattoo itu. Bagaimana mungkin dia bisa melupakannya? “Kupikir kau sudah menghapusnya.” Bright telah selesai memasang kancing kemeja Moonlight. Ia menyatukan kening mereka. “Aku tidak akan pernah mengahpus tattoo ini, Moon.” Tangan Moonlight bergerak dengan sendirinya. Dia menyentuh d**a Bright tepat di bagian tattoo itu menempel, membelainya lembut. “Bright to the Moon. Sampai kapan kau akan menyimpannya?” “Sampai jantungku berhenti berdetak. Aku tidak akan menghapusnya. Bahkan jika kau bukan ditakdirkan untukku, aku tetap akan membiarkan tattoo ini di sini.” “Kenapa?” tanya Moonlight dengan suara tercekat. Wajah Mosha yang mendekam di balik jeruji besi terlintas di benaknya. Moonlight nyaris menitikkan air mata. Dia telah mengorbankan kebahagiaannya demi Mosha dan anaknya. Akahkan dia bisa mendapatkan kesempatan untuk kembali ke pelukan Bright setelah semua ini selesai? “Karena kau akan selalu hidup di sini.” Pria itu kembali merangkum tangan Moonlight. “Selamanya.” “Aku tidak pantas mendapatkan ketulusan cintamu.” Bright mengambil sebuah ciuman singkat dari bibir Moonlight. “Aku mungkin bukan laki-laki yang terbaik untukmu. Tapi aku akan selalu berusaha menjadi yang terbaik untukmu, Moon.” “Terima kasih, Bright.” Moonlight memagut bibir pria itu. Apa yang dilakukannya saat ini mungkin salah tapi dia tidak bisa lagi membendung kerinduannya pada pria itu. Moonlight merindukan Bright. Dia menginginkan pria itu lebih dari apa pun yang ada di dunia ini. Namun demi Mosha dan Putri kecilnya, Moonlight rela melepas separuh jiwanya itu. Ya, semua ini demi saudara kembarnya. Saat melepas ciuman mereka, Moonlight memberanikan diri bertanya, “Kau melewatkan bra-ku.” Bright menyengir lebar. “Aku sengaja melakukannya.”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN