Mayang semakin berdebar ketika ia dan Ivan tiba di rumah sakit. Ia segera keluar lalu berlari masuk ke lobi dengan tangan Ivan masih menggenggamnya. Ia sungguh tak sabar untuk menjumlahkan Damar. "Permisi," ujar Mayang pada perawat yang bertugas. Ia dengan napas terengah menunjuk ke kamar Damar. "Kakak saya ... kak Damar ... apa benar udah bangun?" Perawat itu mengangguk dengan wajah tersenyum. "Ya. Beberapa menit yang lalu." Mayang menoleh pada Ivan yang sama terengah-engah seperti dirinya. Ada kelegaan yang terlihat di wajah Ivan. "Boleh kami menemui Damar?" tanya Ivan. "Tentu. Tapi, kalian harus bergantian masuk," ujar perawat itu. Mayang kembali menatap Ivan yang memberinya anggukan kecil. Yah, Ivan pasti memberinya kesempatan untuk masuk lebih dulu. Dan dengan jantung berdebar t

