"Aduh ... maaf. Harusnya Mama ketuk pintu dulu tadi, nggak asal masuk. Biar gimanapun juga kalian, kan, udah nikah." Argh! Aruna merah padam, menunduk dalam, dengan bibir yang dia kulum, tubuh mematung, dan jantung berdetak kencang, saat tadi lumatan Bang Badai terputus seketika di mana pintu kamar terbuka, rupanya Mama Ai yang masuk tanpa mengetuk, sedang bibir Aruna dan Badai masih bertaut. Tentu saja, refleks mereka langsung saling menjauh, mencipta bunyi decap tautan bibir yang terputus. Kebayang? Aruna malu banget. Lantas, bagaimana dengan Badai? Aruna nggak tahu. Mama Ai mengabarkan bahwa Papa Awan menunggu di ruang keluarga, sudah ada Topan dan Gempa, tinggal Badai saja. Ya Allah .... Wajah Aruna mau disimpan di mana ini? Kepergok ciuman sama anak mertua. Haduh! Tapi bukan