"Oh.. Bi," Dine mendesah. Bian memutar tubuhnya dan berbaring di samping Dine. Keduanya diam menatap langit langit kamar. "Kamar kamu luas sekali." Dine tiba tiba bicara. "Apa kamu tidak merasa sumpek di kamar tidurku?" Bian tergelak, "Kamu ada ada saja. Di sampingku ada perempuan tercantik di dunia, mana mungkin sumpek?" Dine berguling dan naik ke atas tubuh Bian, "Jangan bermulut manis.." "Aku tidak bermulut manis. Adine... Itu kenyataan," Bian membelai rambutnya. Dine membelai pipi Bian, "Kamu.. Selama ini... Sejak ayah dan ibumu tidak ada, kenapa memutuskan untuk tinggal di Australia. Kenapa?" "Ini sedikit memalukan, tapi kenyataan," Bian mengusap usap rambut Dine, "Alasannya karena aku tak bisa berhenti menangis." "Setiap melihat apapun yang mengingatkanku pada ayah dan ibu