Semua acara berjalan dengan lancar. Senin pagi, pegawai Bryan tengah membereskan dan membersihkan tempat resepsi. Sang bos sedang mengobrol bersama Flo di salah satu meja yang berada di sudut ruangan. "Semalam bisa tidur? Nggak kecapaian, kan?" tanya Bryan penuh perhatian. "Enggak ... bisa tidur nyenyak. Kamu sendiri?" "Aku nggak bisa tidur. Kebayang terus sama wanita yang semalam terlihat sangat cantik." "Oh, ya? Siapa? Tamu undangan? Atau, salah satu yang menjadi pagar ayu?" Bryan menggeleng. "Bukan. Wanita itu ada di depanku sekarang." Flo menengok ke kiri, kanan, juga belakang. "Jangan pura-pura bodoh. Wanitanya itu kamu." Mendengar itu, mau tidak mau Flo tersipu. Pipinya memerah. "Serius. Aura kamu semalam terlihat. Gimana kalau ngeliat kamu jadi pengantin, ya ...." Flo