Verlyn mendapat telepon saat ia sedang bekerja. Bibirnya kelu, otaknya tak mampu mencerna apa pun untuk sesaat. Kakinya lemas seperti tak bisa menopang tubuh, untung ia dalam posisi duduk. Jika tidak, bisa jadi ia sudah ambruk ke lantai. "Ver, ada apa?" tanya Evan saat kebetulan ia keluar dari ruangannya, kemudian melihat wanita itu seperti habis mendapat kabar buruk. Tidak mendapat jawaban, pria itu mendekat. Mengambil ponsel Verlyn untuk melihat siapa yang baru saja menghubunginya. Namun, nomor tanpa nama di sana. "Ver ... ada apa?" "Ibu, Pak ... ibu saya." "Ibu kamu kenapa?" "Ibu ... Ibu kecelakaan. Ibu pergi, Pak." Seketika air matanya menetes. Evan pun refleks memeluk Verlyn. Diusapnya kepala juga pundaknya. Ia tidak mengatakan apa pun. Karena dalam kondisi seperti itu, Verl