Suara alarm yang menyapa telinga dikala mata masih ingin terpejam, terasa menjengkelkan. Gentala menggeliat pelan meski matanya sangat sulit untuk dibuka karena mengantuk. Saat tangannya berusaha meraih benda pipih yang letakknya entah di mana, laki-laki itu merasa ada yang menahannya. Ia pun mencoba melawan rasa kantuk dan membuka matanya. Belum sempat ia mengecek apa yang terjadi, Gentala sudah mendapatkan jawabannya. Aroma tubuh sudah sangat familer bagi laki-laki itu. Dan yang menindih tangannya adalah istrinya. Perlahan Gentala menarik kepalanya, demi meyakinkan diri kalau dugaannya tidaklah salah. Seketika senyum terbit di wajah, lupa akan rasa kantuk yang menyebalkan. Sosok wanita tengah mendengkur halus di sisinya, dengan tangan melingkar pada pinggangnya. “Ke mana bantal guling