"Memaafkan orang lain itu penting, memaafkan diri sendiri jauh lebih penting." Florenza Cinta dan benci bersekat tipis. Luka yang pernah Zeroun torehkan membuat hatiku teriris. Semua prasangka yang bersarang di kepalaku tak bisa mengingkari bahwa sebagian diriku yang sebenarnya masih menginginkan pria b******k ini. Sekuat apa pun aku mencoba, hanya Zeroun yang bisa membuatku kembali merasakan getar aneh yang tiba-tiba merayap ke seluruh tubuh dan jiwaku. Tatapan frustrasinya membuatku menang sekaligus kalah. Iya, aku kalah karena hatiku pun ikut merasakan rasa putus asa dan sedihnya. "Aku akan kembali ke rumah ini, tapi hanya untuk Nevan," tegasku, mengingkari gejolak amarah dalam diriku yang mulai meredup. "Iya, untuk Nevan." Suara Zeroun terdengar tertahan. "Kau tidak bisa melarangk