Karena kesunyian ruangan itu, saat tidak ada yang bicara, napas mereka terdengar lebih keras. Lalu, tapak kaki tetiba menembus hening dan dilakukan oleh satu-satunya pria yang bebas. Liu tidak peduli ketika tangan-tangannya disentuh dengan lembut, diraba oleh kekuatan serendah kapas, tapi otaknya tidak bisa berhenti memikirkan apa yang akan dilakukan oleh Rua. "Kau setuju untuk ikut denganku?" Walaupun tidak sedang menatapnya, pikiran Liu tetap berpusat pada Kal untuk menghilangkan rasa takut. "Asal kau berjanji untuk menjauhi Kal, maka aku akan setuju," katanya. Wajah Rua maju begitu dekat di depannya sehingga dia bisa merasakan napas hangat pria itu, yang tetap saja membuatnya menggigil. "Bukankah kau ingin ini segera berakhir, Liu? Setidaknya kau harus punya niat yang tulus jika in