Deva masih berjalan sambil berlinang air mata dan Rizki terus mengusap punggung istrinya. Apa yang dirasakan Deva saat ini tidak sama dengan ketika dia mencari Rizki ke Jerman ataupun bulan madu. Dia akan pergi selama dua tahun dan tidak akan bertemu Safina. Rasanya pasti lebih sedih. “Nanti sebelum pesawat take off, kita telepon mama ya.” Deva mengangguk. Rizki tahu apa yang Deva rasakan. Dia juga pernah merasakan itu dulu, tetapi sekarang dia sudah mulai biasa saja ketika harus pergi jauh dari orang tua. Keduanya sudah duduk di kursi pesawat. Rizki mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Safina. “Halo, Ma.” “Iya, Ki, gimana? Sudah masuk pesawat kan ya?” “Sudah, Ma. Ini sudah masuk pesawat. Deva mau ngomong sama Mama nih.” Rizki memberikan ponselnya pada Deva. Dia lihat istr