Rizki memegang kedua bahu Deva agar mereka bisa saling berhadapan. Dia ingin menatap mata perempuan itu. “Kamu nangis, Deva?” Deva menggelengkan kepalanya. “Kamu sedih karena saya mau melanjutkan kuliah ke Jerman?” Deva terdiam. “Kalau kamu sedih, bilang sama saya. Jangan pakai alasan skripsi kamu. Kamu tuh punya kemampuan menyelesaikan skripsi kamu sendiri tanpa bantuan saya. Saya cuma bantu sedikit, lainnya kamu yang kerjakan semuanya sendiri.” Deva hanya bisa menatap pria di hadapannya itu dengan tatapan sedih. “Sekarang kamu ikut saya, supaya kamu enggak sedih lagi.” Rizki merasa Deva sudah memiliki perasaan untuknya, entah itu suka, sayang ataupun cinta yang jelas jika perempuan itu bersedih karena kepergiannya nanti artinya sudah ada perasaan untuknya. Pria itu melaju