“Mas Rio bilang apa, Ara?” tanya Nina saat selepas makan siang Ara mengajak Nina dan Gala meninggalkan rumah sakit. Ara tak langsung menekan pedal gas, malah menoleh ke jok belakang di mana Gala tertidur pulas. “Ara?” tegur Nina lagi. “Ngga apa-apa, Nina. Mas Rio cuma bilang minggu depan Mas pulang, urusan pernikahan kita baru diomongin di situ.” Nina mengatupkan bibirnya. Sungguh ia tak percaya dengan bagian ‘ngga apa-apa’ yang Ara tuturkan. “Kalau Ara masih punya otak, setelah dia tau perbuatan lo berdua membuat anak ngga bersalah lahir ke dunia ini, dia pasti ngajak lo nikah!” Nina bungkam, tak berani menyahuti omongan Rio meski setiap kali Nina teringat betapa naif dan bodohnya ia dan Ara dulu, hati kecilnya terus saja terasa diremas. Ya, Gala adalah hal yang Nina sesali sekaligu