Pikiran Ara masih agak kacau karena kabar tak enak yang Ian sampaikan. Ia lelah dengan keluarga itu, dan Ara tau betul jika baik itu Lindi, Swastika ataupun Leandro tak ada yang bisa diberi hati. Hanya saja, apa yang Lindi lakukan membuat memori masa-masa terberat yang harus Ara lalui dulu naik kembali ke permukaan. “Ra?” Ara menoleh, mendapati Edo – yang tengah menggendong putri kecilnya – mendekat. Rangkaian acara resepsi sampai di puncaknya. Makan, beramah tamah, juga bernyanyi dan berdansa. Outdoor wedding lounge area sampai sepi karena keluarga dan para undangan terpusat di venue utama. Dan bagi Ara, juga Edo, menemukan satu pergola yang kosong sungguh suatu keberkahan. Ditambah cuaca yang cukup cerah membuat bintang-bintang nampak beradu dengan kerlap-kerlip lampu kota di bawah

