"Bun, harus banget ya Iqbal tunangan sama gadis itu?" Aku memandang Bunda di depanku. Matanya serius sekali membenahi dasi kupu-kupu yang terpasang di bawah daguku. Lalu Bunda menepuk-nepuk pundakku dengan senyum yang sejak tadi terumbar. "Udah, ganteng." Bunda berkacak pinggang dan menatapku sedikit jauh. Kemudian ia mendekat dan memegang pundakku. "Harus dong. Lagian kamu kan suka sama gadis itu," katanya. Ia menarik sudut bibirnya. "Bunda tahu dari mana?" tanyaku. "Sok tahu ih, Bunda," tawaku. "Kamu pikir Bunda gak tahu kalau kamu diam-diam masuk kamar Bunda dan melihat foto gadis itu," ujar Bunda. Ia menyipitkan matanya. Senyumnya melekuk meledekku. Aku mengerjap. Eh, Bunda tahu? "Udah, gak usah pura-pura. Sebentar lagi Azel sama Mamanya bakal dateng. Kamu siap-siap, gih." S