“Belum waktunya kontrol, Mas,” ucap Kaia saat Ben memaksanya untuk memeriksakan kehamilannya lagi. “Kata Dokter Ivan masih minggu depan.” “Apa salahnya seminggu lebih awal? Bukan berarti dia bakal ngusir kita kan?” Ben ngotot. “Tapi kalau cuma seminggu apa yang mau dilihat? Nggak akan banyak yang berubah.” Kaia bersikeras. “Aku kan belum lihat apa-apa?” “Kan udah aku kasih hasil USG-nya?” “Itu nggak sama dengan lihat USG langsung, Kai.” Kaia menghela nafas pelan. Ia baru tahu ternyata Ben bisa sangat persuasif dan keras kepala. “Aku telepon Dokter Ivan sekarang,” ucap Ben sambil mendekatkan ponselnya ke telinga. Kaia mengalah, membiarkan Ben melakukan apapun yang diinginkan. Ia melirik ke depan, tatapannya bersirobok dengan tatapan Angga yang terkekeh kecil. “Kenapa ketawa?” tany