Tak terasa waktu berlalu dengan cepat. Rania masih ingat bagaimana bahagianya ia ketika ia diterima di perusahan Johnson corporate ini. Ia tak menyangka bagaimana ia bisa mengalahkan begitu banyak pesaing di luar sana. Bahkan ia di kandang remeh oleh peserta lain. Terutama tentang penampilannya. Tapi ternyata Tuhan adil untuk umatnya yang bekerja dengan sungguh-sungguh. Dan Rania membuktikannya sekarang. Dengan segala kerja keras yang ia curahkan ia bisa bekerja sebagai asisten pribadi CEO perusahaan ini.
1 bulan yang lalu...
Seperti biasa Rania sedang bersiap menuju tempat coffe shop tempatnya bekerja. Hari ini ia dapat shift siang jadi ia tak harus berangkat pagi-pagi sekali. Dan untuk lamaran pekerjaan di Johson Corporate sampai saat ini Rania belum juga menerima hasilnya apakah ia diterima ataupun tidak. Tapi Rania sudah pasrah apakah akan di terima ataupun tidak. Baginya ia sudah memberikan segala kemampuan yang ia miliki. Dan sekarang ia hanya bisa berharap jika pekerjaan itu akan jadi miliknya.
Rania baru saja selesai mandi ketika suara hpnya berbunyi. Ia tampak bingung karena ia tak tahu siapa yang meneleponnya karena memang ia tak kenal dengan no itu. Ia pun mengangkat telepon itu karena siapa tahu itu telpon penting.
"Halo." Kata Rania menjawab telepon ini
"Selamat pagi. Apa benar ini Rania Wulandari." Tanya seseorang di seberang telepon
"Iya benar saya Rania Wulandari." Jawab Rania
"Saya dari Johson corporate ingin menyampaikan bahwa anda di terima sebagai karyawan di perusahan kami. Dan kami meminta kedatangan nona Rania Wulandari ke kantor hari ini. Apa bisa datang hari ini." Kata seseorang di seberang telepon
Rania masih kaget dengan apa yang didengarnya. Ia tak menyangka bisa di terima juga di perusahan itu.
"Nona Rania." Panggil seseorang di seberang telepon
"Eh... Iya mbak saya bisa datang sekarang." Jawab Rania
"Kalau begitu saya tunggu kedatangannya di kantor kami. Nanti anda bisa langsung mencari Tiara di ruang HRD." Kata Tiara diseberang telepon
"Baik mbak saya segera kesana." Jawab Rania
Rania segera mengganti bajunya dan berlari mencari sang ibu.
"Ibu." Panggil Rania
"Ibu di dapur sayang." Teriak ibu Irma
Rania pun langsung berjalan cepat menuju dapur untuk memberitahukan kabar gembira ini pada sang ibu.
"Ibu aku diterima kerja di perusahaan itu." Kata Rania senang
"Ya ampun sayang. Selamat ya. Ibu ikut senang." Kata Ibu Irma ikut senang
"Iya Bu akhirnya Rania bisa dapat pekerjaan yang lebih baik lagi. Ini semua berkat doa ibu. Jadi aku bisa di terima di perusahan itu." Kata Rania sambil memeluk Ibu Irma
"Ini juga berkat usaha dan kerja keras kamu. Ibu bangga banget. Mulai sekarang kamu harus kerja yang sungguh-sungguh jadi perusahaan tidak akan rugi memilih kamu jadi karyawannya." Kata ibu Irma memberi nasihat
"Siap Bu. Kalau gitu aku mau tanda tangan kontrak di sana dulu. Sekalian aku mau resign dari kerjaanku sekarang." Kata Rania
"Ya udah sana. Hati-hati di jalan." Kata Ibu Irma
Rania pun segera bergegas bersiap-siap untuk ke kantor itu dan ia akan mengajukan surat pengunduran diri di coffe shop tempatnya bekerja sekarang. Setelah ini hidupnya akan berubah 360 derajat.
"Selamat pagi Rania. Apa tuan muda sudah datang." Tanya Pak Hadi
"Pagi pak Hadi. Pak Reynold belum datang pak. Tapi semalam beliau berpesan pada saya akan datang terlambat karena tengah malam baru saja mendarat dari Singapore." Kata Rania menjelaskan
"Oya saya lupa. Kemarin tuan muda ada konser disana. Kalau gitu tolong kamu kasih laporan ini ketika tuan muda sudah datang. Dan jika ada yang kurang mengerti bisa langsung tanya ke saya." Kata Pak Hadi
"Baik pak. Nanti akan saya sampaikan pada Pak Reynold." Jawab Rania sopan
Pak Hadi pun segera meninggalkan meja kerja Rania. Sedangkan Rania sedang mengerjakan beberapa laporan yang akan ia berikan untuk bosnya nanti.
Ketika pertama kali Rania bekerja disini ia sempat kaget ketika tahu jika bosnya ini juga seorang artis terkenal. Jadi tak heran ia jarang ke kantor karena harus menyelesaikan beberapa konsernya. Waluapun ia sibuk dengan konsernya ia tak lupa dengan tugasnya sebagai CEO perusahaan ini. Jadi ini menjadi tiga Rania untuk mereport semua laporan apa saja yang harus segera Reynold baca. Bahkan terkadang Rania lebih sering mengerjakan beberapa laporan perubahan di apartemen Reynold. Karena memang waktu Reynold yang terbatas.
Seperti hari ini sang bos sepertinya akan datang terlambat karena memang ia baru saja pulang dari Singapore dini hari tadi. Dan sang bos juga sudah berpesan bahwa ia akan datang terlambat. Sebenarnya bisa saja sang bos tidak berangkat ke kantor tapi ada beberapa laporan yang harus sang bos periksa dan harus segera di tanda tangani segera. Agar laporan itu segera di proses oleh departemen terkait.
Rania sedang mengerjakan pekerjaannya ketika dering HP memecahkan konsentrasinya. Ketika ia melihat hpnya nama sang bos tertera disana. Dengan segera ia mengangkat telepon itu.
"Halo. Selamat pagi pak." Sapa Rania
"Pagi Rania." Jawab Reynold di ujung telepon
"Bapak hari ini jadi ke kantor. Kebetulan ada beberapa laporan yang membutuhkan tanda tangan bapak. Karena laporan ini sedang ditunggu oleh departemen terkait untuk segera di proses. Dan tadi Pak Hadi juga memberikan laporan untuk bapak periksa." Kata Rania menjelaskan
"Rania sepertinya saya tidak bisa datang ke kantor hari ini. Kamu bawa saja semua laporan yang membutuhkan tanda tangan saya ke apartemen. Saya tunggu kamu di apartemen saya sekarang." Kata Reynold dengan suara yang serak
Rania sedikit aneh dengan suara sang bos. Suaranya terdengar seperti orang sakit. Tapi segera membuang semua pikirannya dan fokus dengan perintah sang bos.
"Baik pak saya akan segera ke apartemen bapak." Kata Rania
"Biar Maxi yang jemput kamu." Kata Reynold di seberang telepon
"Ga usah pak. Biar saya naik taxi saja. Kalau gitu saya segera meluncur ke apartemen bapak." Kata Rania
Setelah menutup telepon dari sang bos, Rania segera menyiapkan dokumen mana saja yang harus di periksa sang bos. Ia harus pastikan semuanya terbawa. Karena ini memang benar-benar urgent.
Sementara itu di sebuah kamar apartemen tampak seorang laki-laki yang masih terlelap tidur dengan selimut yang menutupi tubuhnya hingga sampai leher. Dan orang itu adalah Reynold Johson.
Pada jam 2 dini hari ia baru saja sampai di apartemennya setelah menyelesaikan konsernya di Singapore. Dan ketika pagi tadi ia mencoba bangun, badannya terasa lemas dan kepalanya mendadak pusing. Memang sudah beberapa hari belakangan ia merasa kurang fit dengan kondisi tubuhnya. Apalagi ia sekarang menjalani 2 pekerjaan sekaligus. Pertama menjadi seorang penyanyi dan yang kedua menjadi CEO perusahaan keluarganya.
Sebenernya Reynold merasa sebal harus bekerja di kantor. Tapi sejak kedatangan Rania dalam hidupnya semua berubah drastis. Hidup Reynold menjadi lebih berwarna. Dan yang pasti sebulan terakhir ia begitu menikmati kebersamaannya dengan Rania.
Tadi Reynold sudah menelpon Rania untuk datang ke apartemennya dengan membawa laporan dan beberapa dokumen yang harus ia tanda tangani. Karena badannya memang benar-benar tidak bisa di ajak kompromi.
Reynold masih tertidur lelap sampai ia mendengar bel apartemennya berbunyi. Dengan langkah yang tertatih karena menahan rasa pusing di kepalanya ia pun berjalan menuju pintu. Dan ketika ia membuka pintu ternyata ada Rania yang hari tampak cantik.
"Selamat pagi pak." Sapa Rania sopan
Belum sempat Rania masuk tiba-tiba badan Reynold sudah ambruk kearahnya. Rania panik karena bosnya pingsan tepat di hadapannya.
"Tuan muda hanya kelelahan saja sehingga menyebabkan demam sepeti ini. Saya akan memberi obat penurun panas dan sakit kepala untuk sementara. Jika sampai besok panasnya belum turun, kamu langsung hubungi saya dan kita akan bawa tuan muda ke rumah sakit." Kata dr. Budi dokter keluarga Johson
"Baik dok. Saya akan mengecek panasnya sampai besok. Dan saya pastikan pak Reynold meminum obatnya." Kata Rania
"Ok. Kalau begitu saya pulang dulu." Kata dr. Budi
Rania sempat panik ketika tahu bosnya pingsan. Dengan sekuat tenaga akhirnya Rania bisa juga membaringkan sang bos di kasurnya. Dan dengan segera menelepon dr. Budi untuk segera memeriksa bosnya ini.
Rania memandang wajah tampan bosnya. Tampak pucat dan sangat lelah. Rania pun sesekali mengganti kompres yang ada di dahi sang bos. Rania memutuskan untuk merawat sang bos untuk sementara. Dan tak ada pilihan lain selain Rania menginap di apartemen sang bos. Karena di apartemen ini sang bos tinggal sendiri. Jadi tak mungkin Rania tega meninggalkan sang bos dalam keadaan sakit seperti ini.
"Iya Bu. Rania ada tugas kantor jadi malam ini Rania ga pulang. Iya Bu Rania akan hati-hati dan jaga kesehatan. Rania cuma masih kabar itu aja sama ibu. Nanti Rania telepon lagi kalau kerjaan Rania selesai ya Bu." Kata Rania di seberang telepon
Setidaknya ia harus menelepon ibu Irma agar beliau tidak khawatir.
Saat ini Rania sedang sibuk membuat bubur untuk sang bos makan. Karena ia harus minum obat. Rania sempat kaget karena kulkas di apartemen bosnya tidak ada isinya sama sekali. Jadi tadi Rania sempat pergi ke minimarket dekat apartemen bosnya untuk membeli beberapa bahan makanan.
"Lumayan enak juga buburnya." Kata Rania mencicipi hasil masakannya
Setelah memindahkan bubur itu ke mangkok, Rania membawanya menuju kamar sang bos agar sang bos bisa memakannya
"Pak. Bangunan sebentar yuk. Ini buburnya di makan dan setelah itu minum obat." Kata Rania mencoba membangunkan sang bos
"Errmmm." Erang Reynold menolak panggilan Rania
Tapi Rania tak menyerah ia terus membangunkan sang bos hingga sang bos bangun dan memakan bubur yang Rania buat. Tak lupa obat yang diberikan dr. Budi di minum juga.
Dan sepanjang malam Rania masih terjaga untuk mengganti kompres di dahi sang bos yang memang demamnya belum juga turun. Hingga tanpa sadar Rania terlelap tidur di samping ranjang sang bos dalam posisi terduduk.
Jam menunjukkan pukul 6 pagi dan tampak di sebuah kamar apartemen ada seorang laki-laki yang masih terlelap tidur dengan kompres yang menempel di dahinya. Dan laki-laki itu adalah Reynold Johson.
Reynold perlahan membuka matanya. Ia baru ingat jika kemarin ia pingsan. Ia pun mencoba mendudukkan tubuhnya dan bersandar di sandaran ranjangnya. Dan tiba-tiba ia merasa ada kain yang menempel di dahinya. Ketika ia mengambil ia baru tahu jika ada yang mengompresnya semalam. Dan ketika ia melihat ke samping tampak gadisnya terlelap tidur dengan keadaan duduk sambil menggenggam alat termometer.
"Apa kamu semalaman yang merawatku." Gumam Reynold
Reynold terus memandang Rania. Ada rasa hangat di hatinya ketika tahu bahwa semalaman Rania merawatnya. Dan itu membuat Reynold semakin yakin bahwa ia tak salah memilih Rania untuk jadi isterinya.
Dengan perlahan Reynold bangkit dari ranjang. Ia pun berjalan mengitari ranjangnya menuju Rania yang masih terlelap tidur. Dengan perlahan Rania menggendong Rania dan memindahkannya ke ranjang agar gadisnya bisa tidur lebih nyaman. Karena ia tahu gadisnya pasti kelelahan harus merawatnya semalaman.
"Sleep well babe. And thank you take Care of me." Kata Reynold tulus dan kemudian mencium kening Rania