Jakarta – Pukul 23.15 WIB
Gedung tua, Cikini
Yessy nyaris tersandung saat menarik koper kecil dari ruang belakang gedung tua itu. Suaranya menggema di lantai semen yang dingin. Raut wajahnya pucat, keringat membasahi pelipis meski angin malam cukup dingin.
“Gagal … semua gagal,” gumamnya serak sambil memencet-mencet ponselnya. Nomor Heri tidak aktif. Dua nomor lain yang ia simpan juga tak merespons.
“Sial! Kenapa kalian bisa pada ketangkep.”
Ia menggigit bibir, mencoba tetap tenang. Tapi matanya terus bergerak, seolah ada bayangan yang mengikutinya di setiap sudut gelap. Koper ia seret dengan terburu-buru, melewati lorong sempit yang selama ini jadi persembunyian rahasia. Di luar, suara kendaraan dan angin malam beradu seperti bisikan tak menyenangkan.
Yessy mengenakan hoodie hitam d
