“Ara … kenapa belum bangun, ayo cepat mandi … nanti terlambat sekolah … Ara mau dianter papi ke sekolah, kan?” bujuk Adrian sambil memasang dasi di lehernya. Isvara menarik selimut hingga menutupi kepala. Dia sedang merajuk karena sang papi belum juga bisa mempertemukannya dengan mami. “Ara enggak mau sekolah,” kata Isvara tidak jelas karena diucapkan dengan bibir mengerucut. “Lho … kenapa? Ara harus sekolah biar pinter.” Adrian duduk di sisi ranjang Isvara, menarik pelan selimut yang menutupi tubuh mungil sang putri. “Ara mau dianter sekolah sama mami, Ara mau disuapin makannya sama mami, Ara mau di mandiin mami … Ara mau mami, Piii … Ara mau mamiiii … hiks … hiks ….” Isvara kembali menangis. Bagi seorang anak kecil berusia lima tahun, Isvara belum mengerti apapun mengenai