Tidak, Aruna nyaris pingsan. Perlahan wajah Adrian mendekat ke telinga Aruna, dia juga menghalanginya dengan telapak tangan bukan maksud menutupi gerak bibirnya karena peserta lomba itu hanya mereka bertiga tapi bertujuan agar suara yang ia bisikan bisa terdengar jelas oleh Aruna. Detik berikutnya Aruna merasakan hembusan napas Adrian di sisi lehernya dan pria itu mulai berbisik. “Ara sayang papi tapi Ara juga sayang mami, papi sayang Ara tapi papi juga sayang ….” Ada jeda selama beberapa detik menghasilkan lirikan bola mata Aruna. “Papi juga sayang mami.” Adrian melanjutkan. “Papi sayang mami,” imbuh Adrian lagi. “Papi Beneran sayang mami ... Beneran.” Adrian mengatakannya kembali, kali ini lebih tegas. Aruna tertawa, menjauhkan kepalanya dari Adrian kemudian memukul paha Adrian