Gaska duduk di sisi ranjang Meysha yang tengah terbaring dengan jarum infus tertancap di punggung tangannya. Matanya sembab lantaran kurang tidur dan sempat mengeluarkan air mata. Ayah mana yang tidak sakit hatinya melihat sang putri kecil dalam keadaan lemas, tadi Meysha sempat menatap sayu sang papi saat perawat menusukkan jarum infus. Mulutnya sedikit terbuka, mungkin ingin mengeluh kalau tubuhnya sakit dan tidak nyaman namun yang keluar hanya sebuah lirihan kecil. Gaska meraih tangan mungil Meysha, dia kecup punggung tangannya. “Maafin Papi ya, sayang … maafin Papi.” Gaska merasa kalau dia telah gagal menjadi seorang suami yang tidak bisa mendidik istrinya sehingga berimbas pada sang putri yang jadi tidak mendapatkan mami yang baik. Tok … Tok … Ceklek. Gaska menoleh k

