Bab 9

1101 Kata
Niat Dita memancing hasrat Devan, malah dirinya yang terpancing duluan, hingga dengan cepat Dita melepaskan pakaiannya sendiri, dan "Ahhhh... keduanya sama-sama mendesah saat Dita berhasil mengarahkan milik Devan masuk ke dalam miliknya. Kali ini Dita benar-benar akan memilih bekerja keras agar cepat hamil, tidak peduli meski Devan sakit, yang terpenting dirinya cepat hamil. Dita akui kalau dirinya egois, Tapi Dita Ingin segera hamil karena apa yang menjadi keinginannya harus tercapai. Namun sayang, yang Dita kira ia akan bekerja keras sendiri malah justru Devan lah yang bekerja keras, dan itu tanpa disadari oleh keduanya. Devan juga tidak sadar kalau dirinya sedang berpura-pura lemah karena ulah Andi, tapi malah Devan sendiri yang lebih bersemangat, dan itu karena Devan mengikuti gairahnya. Jam 10.00 malam mereka baru menyudahi permainan panas ranjang mereka, Wajar saja mereka berhenti jam 10.00 malam, karena mereka memulainya juga dari sore. Untuk saat ini Dita benar-benar merasa puas, meskipun Dita sudah tahu kalau Devan sakit, tapi tidak dipungkiri tenaga Devan masih sangat sama seperti saat Devan masih sehat. Tentu saja Devan dapat memberikan kenikmatan yang sama seperti saat Devan sehat, karena sebenarnya Devan memang tidak lemah ataupun sedang sakit seperti yang diketahui oleh Dita, dan Devan kuat itu juga bukan karena makanan yang Dita berikan, tapi memang Devan yang kuat. Pagi-pagi Devan sudah bersiap untuk berangkat ke kantor, sedangkan Dita masih bersantai. Saat Dita sedang menatap Devan yang sedang memasang kancing kemejanya, Dita Turun Dari Ranjang dan mendekati Devan, lalu mendekatkan tangannya pada wajah Devan. " Biasanya kalau seorang suami, ngasih nafkah buat istri. Pak Devan tidak ada niatan gitu buat ngasih nafkah buat aku? " tanya Dita sambil memperlihatkan senyum yang terlihat imut di mata Devan dan begitu menggemaskan. Devan langsung memasukkan salah satu tangannya ke dalam saku celananya, lalu mengeluarkan dompet kulit berwarna hitam, terlihat begitu sangat mahal. Devan memberikan salah satu kartu terhadap Dita, membuat wajah Dita seketika berbinar setelah Dita tahu kalau kartu yang diberikan oleh Devan itu merupakan kartu tanpa batas. " Mimpi apa Aku selama ini, kenapa tiba-tiba aku jadi kaya raya. "Gumam Dita yang entah kenapa tiba-tiba jiwa matre nya langsung Meronta-ronta. "Ini beneran buat aku?" tanya Dita ingin memastikan terlebih dahulu. "Kenapa? Apa kurang?" tanya Devan yang membuat Dita langsung memeluk kartu yang diberikan oleh Devan tadi dengan penuh kebahagiaan. " Tidak sama sekali. Cukup satu kartu aja sudah sangat cukup. Tapi kalau nanti nambah, bisa-bisa aku langsung di Depak sama Tuan Devan dari sini. "Ujar Dita sambil tertawa, dan Devan hanya menggelengkan kepalanya pelan lalu kembali melanjutkan pergerakannya untuk memasang kancing kemejanya. Dengan penuh semangat, Dita masuk ke kamar mandi dengan semangat, sedangkan Devan sendiri langsung berangkat ke kantor. Saat di kantor, ternyata Andi sudah ada di kantornya, membuat Devan tersenyum saat melihat sepertinya Andi sengaja menunggu kedatangannya. "Bara, apa kita ada jadwal bertemu dengan seseorang sekarang? " tanya Devan pada Bara, yang sengaja menyindir Andi. Andi yang mengerti maksud dari pertanyaan Devan langsung berdiri dan dengan penuh keangkuhan Andi mendekati Devan. "Ternyata, peringatan ku kemarin tidak membuat tuan Devan jera ya. Mundur Lah. Dita hanya menginginkan tubuhmu, tidak menginginkan apapun darimu, karena sampai saat ini, Dita masih mencintai aku. " Ujar Andi yang berhasil membuat Devan kesulitan untuk menahan emosinya, namun dengan sekuat tenaga Devan tetap berusaha untuk bersikap tenang. Dengan langkah santai dan penuh kewibawaan, Devan kembali melanjutkan langkahnya, dan masuk ke dalam ruangannya. Brak Devan membanting pintu ruangannya dengan kuat, dan meninju meja kerjanya karena emosi. Devan tidak menyangka kalau Dita memanfaatkan dirinya demi kepentingan pribadi Dita. Devan pikir, Dita menginginkan tubuhnya itu karena Dita candu akan tubuhnya, bukan karena sebuah rencana. Seharian full Devan terus berusaha untuk konsentrasi kerja, meski tidak dipungkiri Devan benar-benar tidak berkonsentrasi saat bekerja karena terus teringat akan niat Dita yang hanya memanfaatkan dirinya. Devan yang tidak ingin merusak pekerjaannya, langsung menutup laptopnya dengan kasar, lalu memanggil Bara. Devan meminta Bara untuk memanggil Dita, menyuruh Dita ke ruangannya. Devan menunggu kedatangan Dita, namun yang datang malah Bara. "Maaf, Tuan. Nona Dita katanya sedang keluar, dan akan datang beberapa menit lagi, " ujar Bara "Biar aku yang menemuinya. " Kata Devan yang langsung berdiri dan keluar dari ruangannya. Ternyata, Dita sedang menerima telepon dari seseorang, dan Devan menunggu Dita sampai selesai bicara. "Sudah selesai? " tanya Devan yang membuat Dita terkejut dan membalikkan badannya untuk menghadap pada Devan. "Tuan Devan. " kata Dita terkejut "Sepertinya sibuk sekali, " kata Devan lagi. Dita langsung meletak ponselnya dalam tasnya, karena Dita melihat sepertinya Devan sedang serius. "Ada kepentingan? " tanya Dita "Nanti saja di rumah. " Ujar Devan yang langsung kembali masuk ke dalam perusahaannya, karena Devan menganggap Dita sedang sibuk. Dita sedikit merasa aneh, karena melihat Devan seperti sedang ada masalah. Saat jam makan siang, Dita masih sibuk dengan pekerjaannya. Devan yang melihat Dita masih bekerja, langsung menyuruh Bara agar menyiapkan makan siang untuk Dita. Entah kenapa, sekalipun Devan marah pada Dita, Devan tidak berterus terang marah pada Dita, atau menunjukkan kemarahannya. Devan tetap perhatian dan menjaga kesehatan Dita meski Devan sangat marah pada Dita. Dita tersenyum saat mendapat seporsi makan siang dari Bara, dan Bara langsung bilang kalau makan siang tersebut adalah dari Devan. Dita makan siang dengan makanan yang diberikan oleh Bara sambil tersenyum. Sore hari Dita menunggu mobil Devan keluar dari perusahaan, karena Dita berharap Devan akan menunggu dirinya di luar. Namun sayang, ternyata yang menunggu dirinya itu adalah Andi, bukan Devan, membuat Dita bingung Devan pergi kemana. Andi yang melihat kedatangan Dita langsung ke luar dari mobil, dan mendekati Dita, lalu memaksa Dita untuk masuk ke dalam mobilnya. " Ada apa sih? " tanya Dita kesal "Dita, kamu salah mengambil jalan. Devan itu bukan pria baik. Sebaiknya kamu sudahi permainan kamu dengan Devan. Aku berjanji, aku akan memaafkan semua kesalahan kamu, dan kita bisa bersama seperti dulu tanpa adanya permainan. " ujar Andi yang membuat Dita langsung memutar bola matanya jengah. "Yang rugi aku, yang untung aku kalau aku tidak mau menghentikan permainan ini. Jadi kamu tidak perlu ikut campur. Apapun itu, itulah keputusan ku. " ujar Dita ketus. Andi yang mendengarkan ucapan Dita langsung menyalakan mobilnya, dan melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, membuat Dita penasaran, sebenarnya Andi akan membawa dirinya kemana. "Andi , mau bawa aku kemana? " tanya Dita berusaha tidak panik. "Untuk memberi tahu papa kamu kalau kita sudah bercerai. Aku tau apa rencana kamu merahasiakan status kita yang sebenarnya. " Jawab Andi yang membuat Dita kaget. sesampainya di rumah Herman, Dita langsung duduk di sofa dengan kasar, sedangkan Andi masih menerima telepon masuk di luar. "Dita, papa mau bicara soal... " Uek... uekkk Dita langsung mual saat mencium aroma kopi hangat yang dibawa oleh Herman. "Dita, kamu hamil...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN