Extra Part 21

1606 Kata

Hari itu Kai sukses merasa dipermalukan oleh aksi tampol dari adik nomor sembilan. Dia pun sedikit mengeraskan rahang begitu disuruh minta maaf oleh Bang Umin. Oke, Kai akui dia salah. Tapi tetap saja, gengsi untuk mengakui di depan banyak pihak. Namun demikian, Kai tetap gumamkan kata maafnya. Meski setelahnya dia mendelik kepada Altarik seolah berucap: Puas lo? Lelaki berkulit putih itu--Altarik--melongos, mengabaikannya. Kai kembali mengetatkan rahang, dia duduk di kursi dengan hawa panas ingin nonjok orang. Gitu tuh, sebagian manusia ketika bersalah bukannya minta maaf dengan tulus, ini malah nggak terima sebab merasa dipermalukan, harga diri dan gengsinya tergores sendirian. Padahal, siapa yang mulai? "Gimana, Ra? Diterima nggak maafnya?" tanya Bang Umin. Rahee tentu menganggu

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN