18. Delapan Belas

1998 Kata

"Bibirnya kenapa, Bang?" Marine yang membukakan pintu untuk sang pemilik kamar nomor sembilan. Altarik meliriknya sekilas, mengusap bibir yang Marine sebutkan sambil ngeluyur ke kamar. "Meni cemong maneh, Al." Kalau ini Banyu, dia nyinyir menilai wajah adiknya yang kusut dan belepotan. Kebetulan dia berdiri di depan kamar Altarik habis dari dapur mengambil apel. Translate: belepotan banget kamu, Al. Kira-kira seperti itu. Altarik diam saja, langsung masuk ke kamar dan menutup pintunya. Di dalam, Altarik bercermin. Meringis dalam hati. Saking bergemuruhnya d**a membuat dia abai pada jejak ciumannya dengan Rahee. Lipstik perempuan itu masih ada beberapa di sekitar mulutnya. Sedangkan di lain tempat, Rahee membuka kunci kamar kosnya. Dia menentang keresek besar berisi makanan di dala

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN